(11 Jam Menuju Puncak
Gunung Slamet, Purbalingga, Jawa Tengah)
Gunung Slamet adalah salah satu
gunung berapi aktif di Jawa Tengah, letaknya di Kabupaten Purbalingga, dengan
ketinggian 3432 mdpl gunung Slamet termasuk gunung tertinggi di Jawa Tengah.
Pada postingan kali ini saya akan
sedikit berbagi cerita tentang perjalanan saya bersama Tim Pendaki saat
melakukan pendakian menuju puncak gunung Slamet.
Tim Pendaki berjumlah empat orang
terdiri dari dua orang mahasiswa Universitas Negeri Semarang yaitu Dimas dan
Coky, saya, dan Syukur. Start dimulai dari desa Kertanegara pukul 14.00. Diantara
4 anggota Tim, carrier bag ku berisi amunisi paling kumplit, mengingat
pendakian sebelumnya yang saya lakukan untuk mendampingi pendaki gunung dari
Semarang ditempuh dengan situasi sangat kurang nyaman dan berat. Mengapa?
Karena pendaki yang saya dampingi kurang mengikuti petunjuk yang diberikan,
dikiranya medan di gunung Slamet sama dengan Merbabu, Sumbing, atau Sindoro
yang pernah mereka daki sebelumnya. Bekal yang mereka siapkan kurang memadai
untuk sekedar menempuh perjalanan naik dan turun gunung Slamet. Dari pengalaman
itu, pendakian kali ini saya menyiapkan amunisi cadangan jika pendaki yang saya
dampingi kali ini juga kaget dengan medan gunung Slamet yang memiliki track sangat
panjang dan berat.
Okey, kita mulai kisahnya….tweng…tweng…tweng…
1. POSKO BAMBANGAN
Posko Bambangan |
Pukul 14.00 Tim meluncur dari arah Desa Kertanegara, menggunakan 2
buah sepe da motor melewati Karanganyar – Bobotsari, lalu
di desa Lambur berbelok menyimpang dari jalur utama Bobotsari – Purbalingga ke
arah jalur pendakian melewati desa Sangkanayu, Serang, dan berakhir di Posko
Pendakian Gunung Slamet di desa Bambangan. Posko sudah sangat ramai mengingat
waktu itu tanggal 16 Agustus. Setelah mendaftarkan Tim di Posko dan menitipkan
sepeda motor di rumah penduduk dengan tarif Rp5000,00 per sepeda motor, Tim
melakukan ceking terakhir pada bekal amunisi yang dibawa, saya sarankan untuk
membawa sebanyak-banyaknya air mineral, mengingat sepanjang jalur pendakian
hanya ada mata air di Pos V, itupun sangat kecil, artinya kemungkinan mata air
itu diserbu para pendaki, jadi sulit mendapatkan air cadangan, apalagi setiap
bulan Agustus bertepatan HUT RI pasti terjadi kebakaran hutan karena
kecerobohan segelintir pendaki.
2. POS I
Sekitar pukul 18.20 setelah menunaikan shalat maghrib, Tim mulai
menelusuri track pertama yang merupakan daerah persawahan penduduk, sepanjang +
1 km. Malam sudah mulai gelap, tetapi suasana sangat ramai, ribuan pendaki
memenuhi track-track sempit di sepanjang persawahan. Dalam waktu sekitar 30
menit Tim tiba di POS I yang merupakan lapangan sepakbola. Mestinya di POS I
ini pendaki mengikuti track dengan berbelok ke arah kanan melewati tempat
sampah permanen di sudut lapangan, tetapi saya memutuskan untuk berjalan lurus
melintasi lapangan, jalurnya lebih terjal tetapi lebih singkat.
3. POS II (pondok Walang)
POS II (pondok walang) hanya kami lewati begitu saja, lagipula
lokasinya sudah penuh sesak pendaki, tidak ada tempat bagi kami untuk sekedar
meletakkan pantat.
4. POS III (Pondok Cemara)
Sekitar pukul 20.00 tim tiba di POS III. POS III hanyalah
sebuah tempat agak landai tetapi tidak terlalu luas, di Pos ini Tim memutuskan
untuk beristirahat sebentar meskipun agak kesulitan mencari tempat beristirahat
mengingat banyaknya pendaki beristirahat di Pos ini. 10-15 menit cukup
beristirahat, tim melanjutkan perjalanan menuju POS IV.
5. POS IV(Pondok samarantu)
Track dari Pos III ke Pos IV semakin berat, dipenuhi vegetasi hutan
yang masih terjaga keperawanannya dengan track sempit di sela-sela akar-akar
pohon, bahkan terkadang pendaki harus merangkak di bawah pepohonan besar yang
tumbang atau semak belukar yang tinggi. Padatnya jalur pendakian makin
memperlambat pendakian. Sekitar 1 jam perjalanan Tim tiba di POS IV, tim tidak
berhenti karena di POS IV cukup padat pendaki, nyaris tak ada tempat
beristirahat.
Tiba di POS IV konsetrasi Tim terganggu dengan adanya keri butan
dari arah ketinggian, banyak pendaki berlarian turun dengan berteriak-teriak,
kebakaran! Saya tidak terlalu kaget dengan situasi itu, karena hampir tiap kali
mendaki Gunung Slamet di Hari Ulang Tahun RI, pasti terjadi kebakaran. Dua anggota
Tim terpengaruh dan mulai gentar, tetapi satu anggota yang lain memiliki tekad
yang sangat kuat untuk tetap melanjutkan. Timbul keraguan di hatiku, apa yang
harus kuputuskan, turun…? Atau lanjut??? Akhirnya kuputuskan untuk tetap naik
dengan catatan seluruh anggota Tim mulai irit amunisi untuk menjaga kemungkinan
jelek harus bertahan dalam jebakan kebakaran. Kesulitan terjadi, karena track
yang sempit harus digunakan untuk berpapasan dengan pendaki dari arah puncak
yang berlarian. Sementara di sebelah kiri track adalah saluran air sempit yang
dalamnya antara 3 – 4 meter, ditambah lagi instruksi dari Tim SAR menghimbau
pendaki untuk mengurungkan niat naik ke puncak. Tapi kami harus tetap naik!
Akhirnya agar tetap bisa naik, kubawa Tim untuk turun ke saluran air dan
beristirahat hingga keributan berakhir.
6.
POS V (Pondok Mata Air)
Berjam-jam kami hanya duduk atau tiduran di dalam saluran air,
sementara di atas kami ribuan pendaki berebut lintasan, ada yang naik, ada yang
turun. Sekitar pukul 01.00, suasana sudah agak tenang, kami naik dari lobang
parit. Dari arah bawah ada 6-7 orang warga Bambangan yang hendak naik menjemput
keluarga mereka yang berjualan di POS V, mereka kawatir dengan adanya kebakaran
hutan yang terjadi. Jadilah kami mempunyai teman sejalan yang sangat menguasai
medan. Perjalanan agak terasa nyaman karena jumlah pendaki sangat jauh
berkurang. Pukul 02.00 kami tiba di POS
V. POS V berbeda dengan POS di bawahnya, lokasinya lebih luas, dan terdapat
beberapa pedagang makanan yang menjual aneka makanan dari mendoan hingga soto,
tetapi harganya…ampun deh… 5 – 10 kali lipat harga di desa. Di POS V kami
memutuskan beristirahat lebih lama sambil menunggu informasi dari POS VI dan
VII yang sedang dilanda kebakaran hutan.
Di POS V tim beristirahat cukup lama bahkan sempat tidur
hingga subuh. Meskipun hanya beralas semak belukar atau bersandar di carrier
bag, karena tak ada satupun anggota tim yang membekali diri dengan tenda
apalagi Sleeping Bag. Suasana lumayan tenang, jumlah pendaki tak lagi sebanyak
ketika baru sampai di POS III dan IV, kebakaran hutan di sekitar POS VI membuat
ribuan pendaki memutuskan turun membatalkan niat mendaki sampai puncak. Jam
04.30 tim kembali melanjutkan perjalanan menuju puncak.
7. POS VI
POS VI |
Dari POS V ke POS VI hanya ditempuh dalam waktu 15-20 menit. Di POS
VI tim menyempatkan diri berfoto, kebetulan suasana sudah terang, pagi begitu
cerah, dan yang istimewa, bunga Edelweis sedang mekar.
Usai berfoto-foto sebentar
bersama rekan satu tim, kami melanjutkan perjalanan menempuh semak belukar dan
sisa kebakaran menuju ke POS VII (Plawangan) yang tak terlalu jauh dari POS VI.
Nampang sejenak berkatar bunga Edelweis yang sedang mekar |
8. POS VII
Jarak POS VI ke POS VII memang sangat dekat, tetapi bukan berarti
cepat ditempuh, karena medan terjal menghadang, dan sisa-sisa kebakaran
mempersulit gerak tim. Dalam perjalanan antara POS VI – POS VII tim bertemu
seorang anggota SAR yang sempat mengecek perbekalan amunisi kami,
alkhamdulillah kami diperkenankan melanjutkan perjalanan bahkan kami sempat
memberikan 1 botol air mineral ukuran besar untuk anggota Tim SAR tersebut.
9. Puncak Gunung Slamet
D i POS VII Plawangan tim beristirahat cukup lama
sekitar 45 menit, perut sudah terasa keroncongan karena sepanjang perjalanan
tim tak sempat membuka bekal makanan, disamping suasana yang memang sangat
kacau terutama dari POS IV-POS VII. Tim mengalami kesulitan saat hendak memasak
air sekedar untuk membuat secangkir kopi. Angin berhembus begitu kencang,
walaupun kami berusaha mencari sela-sela bebatuan tetapi angin tetap tak mampu
kami hindari. Akhirnya kami hanya makan apa yang bisa langsung dimakan saja
tanpa diolah. Bukan roti tawar dengan ceres, tetapi ketupat berlauk rempeyek
langsung terasa nikmat saat kami santap walaupun tangan berlumuran debu
sehingga makanan kami pun terkontaminasi debu pula.
Untuk menuju puncak, medan yang harus ditempuh makin berat. Di
depan kami menjulang tinggi puncak gunung slamet, tebing terjal berbatu pasir
harus kami taklukkan dengan cara merangkak.
Pukul 07.15 Tim Pendaki berhasil mencapai Puncak Gunung
Slamet.