Via Wekas
Bersama Garwita PALA Purbalingga
Trip I : Purbalingga – Borobudur
Tim terdiri dari empat orang,
yaitu Wahyu Mustofa (Guru MI GUPPI Serang, Purbalingga), Ratiyo Safaludin (Makassar), Septi Fitria (Guru SMK N Karanganyar,
Purbalingga), dan saya sendiri. Dengan mengendarai sepeda motor, tim memulai
perjalanan dari basecamp Garwita PALA Purbalingga hari Sabtu, 29 Juni 2013
pukul 11.00. Perjalanan dari Purbalingga ke Magelang menempuh jarak kurang
lebih 240km kami tempuh dengan memakan waktu 4 jam, maklum lokasi basecamp kami
berada di pinggiran Kab. Purbalingga.
Setelah sempat beristirahat
selama 1 jam sambil menikmati pecel lele di sebuah warung di pinggir jalan
Syailendra, perjalanan dilanjutkan menuju basecamp pendakian gunung Merbabu
melalui Wekas, Magelang. Sekali merengkuh dayung tiga pulau terlampaui, kami
sengaja melalui jalur Borobudur - Ketep PASS – Wekas, itung-itung sambil
menikmati keAgungan Tuhan yang tergambar dalam penampakan alam baik buatan
maupun alami seperti Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Ketep PASS, sebelum
mereguk kemegahan Merbabu. Perjalanan menuju Wekas melintasi track sempit
berliku-liku dengan penurunan dan tanjakan yang lumayan menguras tenaga dan konsentrasi.
Pukul 16.00 tim tiba di basecamp pendakian Wekas. Ternyata sudah banyak pendaki
tiba di basecamp wekas untuk melakukan pendakian.
Trip III : Wekas – Pos II
Setelah menunaikan shalat ashar
di mushola dekat basecamp dan melakukan sedikit briving mengingat diantara
anggota tim, saya satu-satunya anggota yang pernah mendaki gunung Merbabu,
itupun saya lakukan tahun 2001 (terima kasih kepada saudaraku Andi Budi
Santosa, yang telah memberikan pengalaman pendakian perdana ke gunung Merbabu).
Artinya sudah 13 tahun lalu….
Pukul 14.30 tim mulai melakukan
perjalanan yang langsung disambut track menanjak di perkebunan penduduk.
Seingatku track menanjak yang harus ditempuh tidak terlalu panjang, gunung
Merbabu tidak lebih ekstrim daripada gunung Slamet yang sudah berkali-kali kami
daki. Benar saja, setelah melintasi perkebunan penduduk, track mulai agak
landai, baru menanjak lagi setelah mendekati pos II, itupun tidak terlalu
panjang. Perjalanan berhenti di campsite, pos II. Di tempat ini, tenda-tenda pendaki sudah berdiri puluhan jumlahnya, karena tempat ini luas dan nyaman
untuk mendirikan tenda, dan terdapat sumber air yang cukup. Arloji di tanganku
menunjuk angka 20.15. Tim memutuskan untuk mendirikan tenda dan beristirahat
total hingga subuh di sini. Setelah
menemukan tempat yang nyaman untuk mendirikan tenda doom, tim mendirikan tenda
dan beristirahat. Cuaca sangat ekstrim menemani kami melewati malam, angin
berhembus kencang mengeluarkan suara bergemuruh, pepohonan yang bergoyang keras
sesekali menimbulkan suara gemeretak karena patahnya dahan dan rantinya.
Pukul 06.00, tim bersiap untuk melanjutkan perjalanan meleset dari rencana
semula karena kondisi cuaca yang amat sangat dingin. Perjalanan berlanjut,
medan lumayan landai di sela-sela tumbuhan perdu dan bebatuan kami telusuri.
Setengah jam, perjalanan sampai di vegetasi tanaman edelwise yang tengah
berbunga, namun belum mekar. Daun-daunnya menghijau segar. Medan terjal mulai
menantang kekuatan fisik. Jalan setapak menanjak di sela-sela bebatuan besar
menyita energi. Puncak Triangulasi berhasil dijejak setelah 1 jam perjalanan,
di sebelah kiri berdiri tegak puncak Menara, di sebelah kanan terdapat puncak
Helipad. Setelah berfoto-foto sebentar, tim melanjutkan perjalanan dengan
target Puncak Syarif.
Foto bersama pendaki dari Salatiga |