Translate

Jumat, 19 Desember 2014

Pendakian Gunung Merbabu




Via Wekas
Bersama Garwita PALA Purbalingga


Trip I : Purbalingga – Borobudur
Tim terdiri dari empat orang, yaitu Wahyu Mustofa (Guru MI GUPPI Serang, Purbalingga), Ratiyo Safaludin (Makassar), Septi Fitria (Guru SMK N Karanganyar, Purbalingga), dan saya sendiri. Dengan mengendarai sepeda motor, tim memulai perjalanan dari basecamp Garwita PALA Purbalingga hari Sabtu, 29 Juni 2013 pukul 11.00. Perjalanan dari Purbalingga ke Magelang menempuh jarak kurang lebih 240km kami tempuh dengan memakan waktu 4 jam, maklum lokasi basecamp kami berada di pinggiran Kab. Purbalingga.

Trip II : Borobudur – Wekas
Setelah sempat beristirahat selama 1 jam sambil menikmati pecel lele di sebuah warung di pinggir jalan Syailendra, perjalanan dilanjutkan menuju basecamp pendakian gunung Merbabu melalui Wekas, Magelang. Sekali merengkuh dayung tiga pulau terlampaui, kami sengaja melalui jalur Borobudur - Ketep PASS – Wekas, itung-itung sambil menikmati keAgungan Tuhan yang tergambar dalam penampakan alam baik buatan maupun alami seperti Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Ketep PASS, sebelum mereguk kemegahan Merbabu. Perjalanan menuju Wekas melintasi track sempit berliku-liku dengan penurunan dan tanjakan yang lumayan menguras tenaga dan konsentrasi. Pukul 16.00 tim tiba di basecamp pendakian Wekas. Ternyata sudah banyak pendaki tiba di basecamp wekas untuk melakukan pendakian.

Trip III : Wekas – Pos II
Setelah menunaikan shalat ashar di mushola dekat basecamp dan melakukan sedikit briving mengingat diantara anggota tim, saya satu-satunya anggota yang pernah mendaki gunung Merbabu, itupun saya lakukan tahun 2001 (terima kasih kepada saudaraku Andi Budi Santosa, yang telah memberikan pengalaman pendakian perdana ke gunung Merbabu). Artinya sudah 13 tahun lalu….


Pukul 14.30 tim mulai melakukan perjalanan yang langsung disambut track menanjak di perkebunan penduduk. Seingatku track menanjak yang harus ditempuh tidak terlalu panjang, gunung Merbabu tidak lebih ekstrim daripada gunung Slamet yang sudah berkali-kali kami daki. Benar saja, setelah melintasi perkebunan penduduk, track mulai agak landai, baru menanjak lagi setelah mendekati pos II, itupun tidak terlalu panjang. Perjalanan berhenti di campsite, pos II. Di tempat ini, tenda-tenda pendaki sudah berdiri puluhan jumlahnya, karena tempat ini luas dan nyaman untuk mendirikan tenda, dan terdapat sumber air yang cukup. Arloji di tanganku menunjuk angka 20.15. Tim memutuskan untuk mendirikan tenda dan beristirahat total hingga subuh di sini. Setelah menemukan tempat yang nyaman untuk mendirikan tenda doom, tim mendirikan tenda dan beristirahat. Cuaca sangat ekstrim menemani kami melewati malam, angin berhembus kencang mengeluarkan suara bergemuruh, pepohonan yang bergoyang keras sesekali menimbulkan suara gemeretak karena patahnya dahan dan rantinya.

Pukul 06.00, tim bersiap untuk melanjutkan perjalanan meleset dari rencana semula karena kondisi cuaca yang amat sangat dingin. Perjalanan berlanjut, medan lumayan landai di sela-sela tumbuhan perdu dan bebatuan kami telusuri. Setengah jam, perjalanan sampai di vegetasi tanaman edelwise yang tengah berbunga, namun belum mekar. Daun-daunnya menghijau segar. Medan terjal mulai menantang kekuatan fisik. Jalan setapak menanjak di sela-sela bebatuan besar menyita energi. Puncak Triangulasi berhasil dijejak setelah 1 jam perjalanan, di sebelah kiri berdiri tegak puncak Menara, di sebelah kanan terdapat puncak Helipad. Setelah berfoto-foto sebentar, tim melanjutkan perjalanan dengan target Puncak Syarif. 


 
 





  



Foto bersama pendaki dari Salatiga