Translate

Sabtu, 13 Desember 2014

Apa si bedanya sifat Allah dengan Nama-nama Allah?

Bismillahirrokhmanirrokhim,
Pada saat aku sedang mengetik sebuah postingan di blog ini, tiba-tiba bapak kepala Madrasah menghampiri dan turut memperhatikan materi yang sedang kuposting. Beliau nampak tertarik, lalu bertanya, "Pak, apa si bedanya sifat Allah dengan Nama Allah, bukankah di setiap nama-nama Allah pasti juga melekat sifat Allah?". Menurutku dengan pertanyaan itu beliau sekedar mencoba memasukkan ujung kaki ke dalam genangan air, sekedar mengukur seberapa dalam airnya, bukan sungguh-sungguh hendak bertanya saking ga tahunya. Aku Yakin bapak Kepala Madrasahku memiliki kedalaman dan keluasan ilmu agama yang cukup untuk menjawab pertanyaan. Tetapi sekejap aku mati langkah. Lalu kujawab "Waaah...pak ilmuku belum sampai ke situ...". Lalu beliau menepuk pundakku sambil tertawa ringan dan berlalu. 
Sepeninggal bapak kepala madrasah kucoba pikirkan jawaban dari pertanyaan itu. Apa mungkin jawabannya begini; Sifat Allah itu berkaitan dengan dzatnya sedangkan nama Allah adalah sebutan bagi Allah sesuai dengan sifat yang dimiliki-Nya. 
Namun tentu aku tak boleh menjawab asal tanpa bisa menunjukkan dalil-dalil, apalagi berkaitan dengan sifat dan nama Allah. Maka segera kukayuh jemariku untuk menggapai bantuan dari mbah google. Alkhamdulillah, kudapatkan bantuan yang kubutuhkan di www.islamqa.info, sebagai berikut;

Nama-nama Allah adalah segala sesuatu yang menunjukkan dzat Allah bersama sifat-sifat kesempurnaan yang terkandung di dalamnya. Seperti 'القادر' (berkuasa), 'العليم' (mengetahui), 'الحكيم' (bijaksana), 'السميع' (mendengar), 'البصير' (melihat). Sesungguhnya nama-nama tersebut menunjukkan dzat Allah dan semua sifat yang terkandung di dalamnya, seperti mengetahui, bijaksana, mendengar, melihat. Sebuah nama menunjukkan dua perkara, sedangkan sifat mengandung satu perkara. Dikatakan bahwa nama mengandung sifat, sedangkan sifat merupakan keharusan sebuah nama. Beriman terhadap apa yang telah Allah tetapkan dari keduanya merupakan kewajiban, begitu pula dengan ketetapan Rasulullah shallallahu alaihi wa salam, sesuai dengan kemuliaan yang layak bagi Allah Ta'ala disertai keyakinan bahwa Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya dan salah satu sifatnya, sebagaimana Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya dalam dzatnya. Berdasarkan firman Allah Ta'ala, "Katakanlah, Dialah Allah yang esa. Tempat bergantung. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Tidak ada satupun yang serupa dengan-Nya." (QS. Al-Ikhlas). Juga berdasarkan firman Allah Ta'ala, "Tidak ada suatu pun yang serupa dengan-Nya. Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat." (QS. Asy-Syura: 11)