Translate

Jumat, 19 Desember 2014

Pendakian Gunung Merbabu




Via Wekas
Bersama Garwita PALA Purbalingga


Trip I : Purbalingga – Borobudur
Tim terdiri dari empat orang, yaitu Wahyu Mustofa (Guru MI GUPPI Serang, Purbalingga), Ratiyo Safaludin (Makassar), Septi Fitria (Guru SMK N Karanganyar, Purbalingga), dan saya sendiri. Dengan mengendarai sepeda motor, tim memulai perjalanan dari basecamp Garwita PALA Purbalingga hari Sabtu, 29 Juni 2013 pukul 11.00. Perjalanan dari Purbalingga ke Magelang menempuh jarak kurang lebih 240km kami tempuh dengan memakan waktu 4 jam, maklum lokasi basecamp kami berada di pinggiran Kab. Purbalingga.

Trip II : Borobudur – Wekas
Setelah sempat beristirahat selama 1 jam sambil menikmati pecel lele di sebuah warung di pinggir jalan Syailendra, perjalanan dilanjutkan menuju basecamp pendakian gunung Merbabu melalui Wekas, Magelang. Sekali merengkuh dayung tiga pulau terlampaui, kami sengaja melalui jalur Borobudur - Ketep PASS – Wekas, itung-itung sambil menikmati keAgungan Tuhan yang tergambar dalam penampakan alam baik buatan maupun alami seperti Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Ketep PASS, sebelum mereguk kemegahan Merbabu. Perjalanan menuju Wekas melintasi track sempit berliku-liku dengan penurunan dan tanjakan yang lumayan menguras tenaga dan konsentrasi. Pukul 16.00 tim tiba di basecamp pendakian Wekas. Ternyata sudah banyak pendaki tiba di basecamp wekas untuk melakukan pendakian.

Trip III : Wekas – Pos II
Setelah menunaikan shalat ashar di mushola dekat basecamp dan melakukan sedikit briving mengingat diantara anggota tim, saya satu-satunya anggota yang pernah mendaki gunung Merbabu, itupun saya lakukan tahun 2001 (terima kasih kepada saudaraku Andi Budi Santosa, yang telah memberikan pengalaman pendakian perdana ke gunung Merbabu). Artinya sudah 13 tahun lalu….


Pukul 14.30 tim mulai melakukan perjalanan yang langsung disambut track menanjak di perkebunan penduduk. Seingatku track menanjak yang harus ditempuh tidak terlalu panjang, gunung Merbabu tidak lebih ekstrim daripada gunung Slamet yang sudah berkali-kali kami daki. Benar saja, setelah melintasi perkebunan penduduk, track mulai agak landai, baru menanjak lagi setelah mendekati pos II, itupun tidak terlalu panjang. Perjalanan berhenti di campsite, pos II. Di tempat ini, tenda-tenda pendaki sudah berdiri puluhan jumlahnya, karena tempat ini luas dan nyaman untuk mendirikan tenda, dan terdapat sumber air yang cukup. Arloji di tanganku menunjuk angka 20.15. Tim memutuskan untuk mendirikan tenda dan beristirahat total hingga subuh di sini. Setelah menemukan tempat yang nyaman untuk mendirikan tenda doom, tim mendirikan tenda dan beristirahat. Cuaca sangat ekstrim menemani kami melewati malam, angin berhembus kencang mengeluarkan suara bergemuruh, pepohonan yang bergoyang keras sesekali menimbulkan suara gemeretak karena patahnya dahan dan rantinya.

Pukul 06.00, tim bersiap untuk melanjutkan perjalanan meleset dari rencana semula karena kondisi cuaca yang amat sangat dingin. Perjalanan berlanjut, medan lumayan landai di sela-sela tumbuhan perdu dan bebatuan kami telusuri. Setengah jam, perjalanan sampai di vegetasi tanaman edelwise yang tengah berbunga, namun belum mekar. Daun-daunnya menghijau segar. Medan terjal mulai menantang kekuatan fisik. Jalan setapak menanjak di sela-sela bebatuan besar menyita energi. Puncak Triangulasi berhasil dijejak setelah 1 jam perjalanan, di sebelah kiri berdiri tegak puncak Menara, di sebelah kanan terdapat puncak Helipad. Setelah berfoto-foto sebentar, tim melanjutkan perjalanan dengan target Puncak Syarif. 


 
 





  



Foto bersama pendaki dari Salatiga


 






IMAN KEPADA MALAIKAT ALLAH

Rukun iman yang kedua adalah iman kepada malaikat-malaikat Allah. Allah menciptakan malaikat yang diberikan mandat dan tugas untuk melaksanakan dan menyampaikan perintah-perintah_Nya. Allah menciptakan malaikat dalam jumlah yang sangat banyak, tetapi yang wajib diketahui dan diimani ada 10. Berikut ini malaikat-malaikat Allah yang wajib diimani beserta tugas-tugasnya;
1. Malaikat Jibril, bertugas menyampaikan wahyu ALlah kepada para utusan-Nya.
2. Malaikat Mikail, bertugas mengatur pembagian rizki kepada setiap makhluk-Nya.
3. Malaikat Israfil, bertugas meniup terompet / sangkakala pada hari kiamat.
4. Malaikat Izrail, bertugas mencabut nyawa semua makhluk-Nya.
5. Malaikat Munkar, bertugas memeriksa amal perbuatan manusia.
6. Malaikat Nakir, bertugas mengajukan pertanyaan kepada manusia di alam kubur.
7. Malaikat Raqib, bertugas mencatat amal perbuatan manusia yang baik.
8. Malaikat Atid, bertugas mencatat amal perbuatan manusia yang buruk.
9. Malaikat Malik, bertugas menjaga pintu neraka.
10. Malaikat Ridhwan, bertugas menjaga pintu surga.
Malaikat-malaikat Allah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut;
1. Malaikat diciptakan Allah dari NUR (cahaya)
2. Senantiasa mentaati dan mematuhi segala perintah Allah
3. Tidak pernah melanggar atau mendurhakai Allah
4. Senantiasa beribadah dan mensucikan Asma Allah 
 
Hikmah Iman kepada Malaikat-Malaikat Allah:
1. Yaqin dan percaya adanya malaikat-malaikat Allah beserta tugas-tugasnya.
2. Percaya kepada yang Ghaib
3. Senantiasa bersikap waspada karena yaqin segala perbuatan diawasi oleh malaikat.
4. Meningkatkan ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah swt.

Sabtu, 13 Desember 2014

Nabi Adam dan Hawa


Nabi Adam as menatap Apa saja di dalam surga semuanya begitu nikmat!...Tetapi apalah arti segalanya kalau hati selalu gelisah, resah di dalam kesepian seorang diri?....
Itulah satu-satunya kekurangan yang dirasakan nabi Adam as saat itu. beliau mendambakan sesuatu,yiaitu kawan sejenis yang mendampingi dalam kesenangan yang tak terhingga itu. Kadangkala kalau rindunya datang, turunlah beliau ke bawah pohon-pohon rendang mencari hiburan, mendengarkan burung-burung bernyanyi bersahut-sahutan, aduh hai indahnya..… tetapi, bukannya hati menjadi tenteram, malah menjadi lebih tertikam.
saat angin bertiup sepoi-sepoi basah di mana daun-daunan bergerak gemulai dan mendesirkan suara sayup-sayup,terkesan di hatinya keharuan yang begitu mendalam, hanya merasakan derita batin yang menghujam di balik nikmat yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.
walaupun demikian, nabi Adam as merasa malu mengadukannya kepada Allah swt. Namun, walaupun beliau malu untuk mengadu, Allah Ta’ala Maha mengeTahui serta Maha Melihat apa yang tersembunyi di kalbu hambaNYA.sudah saatnya Allah Ta’ala mengusir rasa kesepian nabi Adam as.
ketika nabi Adam as sudah berada di puncak kerinduan dan keinginan untuk mendapatkan kawan, sedang duduk terpekur di atas tempat duduk yang berlapiskan tilam permaidani mewah, tiba-tiba ngantuk datang mendera, langsung membawanya hanyut ke alam mimpi.
nabi Adam as tertidur nyenyak, tidak sadar sesuatu yang ada di sekitarnya. Dalam saat-saat yang demikian itulah Allah swt menyampaikan wahyu kepada malaikat Jibril as untuk mencabut tulang rusuk nabi Adam as dari lambung sebelah kiri.
seperti orang yang sedang terbius,nabi Adam as  tidak merasakan apa-apa ketika tulang rusuknya dicabut oleh malaikat Jibril as.Dan oleh qodrat kuasa Ilahi yang ketika menghendaki terjadinya sesuatu cukup berkata Kun! maka terciptalah Hawa dari tulang rusuk nabi Adam as, sebagai insan kedua penghuni surga dan sebagai pelengkap karunia yang dianugerahkan kepada nabi Adam as yang mendambakan seorang kawan, tempat bermesra dan bersenda gurau.
Hawa duduk bersandar pada bantal lembut di atas tempat duduk megah yang bertatahkan emas dan permata-permata bermutu manikam, sambil terpesona memperhatikan kecerahan wajah dari seorang lelaki kacak yang sedang terbaring, tak jauh di depannya.
Butir-butir fikiran yang menggelombang di dalam sanubari Hawa seolah-olah merupakan arus-arus tenaga elektrik yang datang mengetuk kalbu Adam a.s, yang langsung menerimanya sebagai mimpi yang berkesan di dalam gambaran jiwanya seketika itu.
Adam terjaga….! Alangkah terkejutnya ia ketika dilihatnya ada makhluk manusia seperti dirinya hanya beberapa langkah di hadapannya. Ia seolah tak percaya pada penglihatannya. Ia masih terbaring mengusap matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang sedang dilihatnya.
dijadikan Hawa dengan bentuk dan paras rupa yang sempurna. dihiasi dengan kecantikan, kemanisan, keindahan, kejelitaan, kehalusan, kelemah-lembutan, kasih-sayang, kesucian, keibuan dan segala sifat-sifat keperibadian yang terpuji , bentuk tubuhnya yang mempesona serta memikat hati setiap yang memandangnya.
wanita tercantik yang menghiasai surga, yang kecantikannya itu akan diwariskan turun temurun di hari kemudian, dan daripadanya maka ada kecantikan yang pada wanita-wanita yang ada sekarang.nabi Adam as pun gagah dan tampan. Tidak ada cacat pada dirinya karena beliau adalah satu-satunya makhluk insan yang dicipta oleh Allah swt secara langsung tanpa perantaraan.Semua ketampanan yang diperuntukkan bagi lelaki terkumpul padanya. Ketampanan itu pula yang diwariskan turun temurun kepada orang-orang di belakangnya sebagai anugerah Allah swt  kepada makhlukNYA yang bergelar manusia.
nabi Adam as kemudian bangkit dari tidur pembaringannya, memperbaiki duduknya. membuka matanya, memperhatikan dengan pandangan tajam. sadar bahwa orang asing di depannya, bukanlah bayangan , namun benar-benar kenyataan dari wujud insani yang mempunyai bentuk seperti dirinya. beliau yakin tidak salah pandang. tahu itu manusia seperti dirinya, yang hanya berbeda sedikit saja. bahwa makhluk di depannya adalah manusia. sadar bahwa itulah dia jenis yang dirindukannya. Hatinya gembira, bersyukur, bertahmid memuji dzat Maha Pencipta.
lalu tersenyum kepada gadis jelita itu, yang menyambutnya tersipu-sipu seraya menundukkan kepalanya dengan pandangan tak langsung, pandangan yang menyingkap apa yang terselip di kalbunya.
nabi Adam langsung terpikat pada Hawa yang jelita, yang kejelitaan bagaikan puteri yang bermastautin di atas langit . Tuhan menanam asmara murni dan hasrat berahi di hati nabi Adam as serta menjadikannya orang yang paling asyik dilamun cinta, yang tiada taranya dalam sejarah, yaitu kisah cinta dua insan di surga.nabi Adam as ditakdirkan jatuh cinta kepada puteri yang paling cantik dari segala yang cantik, yang paling jelita dari segala yang jelita, dan yang paling harum dari segala yang harum.
nabi Adam as dibisikkan oleh hatinya agar merayu Hawa. Ia berseru," Aduhhai jelita, siapakah gerangan kekasih ini? Dari manakah datangmu, dan untuk siapakah engkau disini?" Suaranya sopan, lembut, dan penuh kasih sayang.
"hamba Hawa, sambutnya ramah. hamba dari Pencipta!" suaranya tertegun seketika. "hamba….hamba….hamba,... dijadikan untukmu!" tekanan suaranya menyakinkan.
Tiada suara yang seindah dan semerdu itu walaupun berbagai suara merdu dan indah terdengar setiap saat di dalam surga. Tetapi suara Hawa.tidak pernah di dengarnya suara sebegitu indah yang keluar dari bibir mungil si wanita jelita itu. Suaranya yang membangkitkan rindu, gerakan tubuhnya menimbulkan semangat.Kata-kata yang paling segar didengar nabi Adam as  ialah ketika Hawa mengucapkan hamba….hamba….hamba,..terputus-putus:, dijadikan untukmu! Kata-kata itu nikmat, menambah kemesraan nabi Adam kepada Hawa.
nabi Adam as sadar bahwa nikmat itu datang dari Tuhan dan cintapun datang dari Tuhan. tahu bahwa Allah swt itu suka kepada kecantikan. Jadi, kalau cinta kepada kecantikan berartilah pula cinta kepada Tuhan. Jadi cinta itu bukan dosa tetapi malah suatu pengabdian. Dengan mengenali cinta, makrifat kepada Tuhan semakin mendalam. Cinta kepada Hawa berarti cinta kepada Pencipta. Dengan keyakinan demikian nabi Adam as menjemput Hawa dengan berkata: "Kekasihku, ke marilah engkau!" Suaranya halus, penuh kemesraan.
"hamba malu!" balas Hawa seolah-olah menolak. Tangannya, kepalanya, memberi isyarat menolak seraya memandang Adam dengan penuh ketakjuban.
"Kalau engkau yang inginkan hamba, engkaulah yang ke sini!" Suaranya yang bagaikan irama seolah-olah memberi harapan.
nabi Adam as tidak ragu-ragu. melangkah gagah mendatangi Hawa. Maka sejak itulah menjadi adat bahwa wanita itu didatangi, bukan mendatangi.
Hawa bangkit dari tempat duduknya, menggeser surut beberapa langkah. sadar bahwa walaupun dirinya diperuntukkan bagi nabi Adam as, namunlah haruslah mempunyai syarat-syarat tertentu. Di dalam sanubarinya, tak dapat menyangkal bahwa iapun terpesona dan tertarik kepada rupa nabi Adam as yang sungguh indah.
nabi Adam as tidak putus asa. tahu itu bukan dosa. tahu membaca isi hati. tahu bukannya Hawa menolak, tetapi menghindarnya itu memanglah suatu perbuatan wajar dari sikap malu seorang gadis yang berbudi. tahu bahwa di balik malu terselip rasa mau. Karenanya beliau yakin pada bahwa Hawa diperuntukkan baginya. Naluri insaninya bergelora.Tatkala sudah dekat pada Hawa serta hendak mengulurkan tangan sucinya kepadanya, maka tiba-tiba terdengarlah panggilan ghaib berseru:
"Hai Adam….tahanlah dirimu. Pergaulanmu dengan Hawa tidak halal kecuali dengan mahar dan menikah!".
Adam as tertegun, balik ke tempatnya dengan taat. Hawa pun mendengar teguran itu dan hatinya tenteram.Kedua manusia syurga itu sama terdiam seolah-olah menunggu perintah.
Allah swt  Yang Maha Pengasih menyempurnakan nikmatNYA lahir dan batin kepada kedua hambaNYA yang saling memerlukan itu, segera menghiasi dan menghibur mempelai perempuan itu berupa perhiasan-perhiasan syurga. Sementara itu diperintahkan pula kepada malaikat langit untuk berkumpul bersama-sama di bawah pohon Syajarah Thuba, menjadi saksi atas pernikahan Adam dan Hawa.Diriwayatkan bahwa pada akad pernikahan itu Allah swt. berfirman dalam hadits qudsi : "Segala puji adalah kepunyaanKU, segala kebesaran adalah pakaianKU, segala kemegahan adalah hiasanKU dan segala makhluk adalah hambaKU dan di bawah kekuasaanKU. Menjadi saksilah kamu hai para malaikat dan para penghuni langit dan surga bahwa Aku menikahkan Hawa dengan Adam, kedua ciptaanKU dengan mahar, dan hendaklah keduanya bertahlil dan bertahmid kepadaKU!.
Setelah akad nikah selesai berdatanganlah para malaikat menyebarkan mutiara-mutiara yaqut dan intan-intan permata kemilau kepada kedua pengantin agung tersebut. Selesai upacara akad, dihantarlah nabi Adam as mendapatkan isterinya di istana megah yang akan mereka diami.
Hawa menuntut haknya. Hak yang disyariatkan Tuhan sejak semula.
"Mana mahar?" tanyanya. menolak persentuhan sebelum mahar pemberian ditunaikan dahulu.
nabi Adam as bingung seketika. Lalu sadar bahwa untuk menerima haruslah sedia memberi. insaf bahwa yang demikian itu haruslah menjadi kaedah pertama dalam pergaulan hidup.
Sekarang sudah mempunyai kawan. Antara sesama kawan harus ada saling memberi dan saling menerima. Pemberian pertama pada pernikahan untuk menerima kehalalan ialah mahar. Oleh karenanya nabi Adam as menyadari bahwa tuntutan Hawa untuk menerima mahar adalah benar.
Pergaulan hidup adalah persahabatan! Dan pergaulan antara lelaki dengan wanita akan berubah menjadi perkawinan apabila disertai dengan mahar. Dan kini apakah bentuk mahar yang harus diberikan? Itulah yang sedang difikirkan nabi Adam.
Untuk keluar dari keraguan, nabi Adam as berseru,"Ilahi, Rabbi! Apakah gerangan yang akan kuberikan kepadanya? Emaskah, intankah, perak atau permata?."
"Bukan!" kata Tuhan.
"Apakah hamba akan berpuasa atau solat atau bertasbih untuk-Mu sebagai maharnya?" tanya nabi Adam as dengan penuh pengharapan.
"Bukan!" tegas suara Ghaib.
nabi Adam diam, mententeramkan jiwanya. Kemudian bermohon dengan tekun," Kalau begitu tunjukilah hamba-MU jalan keluar!."
Allah SWT. berfirman,"Mahar Hawa ialah shalawat sepuluh kali atas NabiKU, Nabi yang bakal KUbangkitkan yang membawa pernyataan dari sifat-sifatKU, Muhammad, cincin permata dari para anbiya dan penutup serta penghulu segala Rasul. Ucapkanlah sepuluh kali!."
nabi Adam as merasa lega. mengucapkan sepuluh kali shalawat ke atas Nabi Muhammad saw. sebagai mahar kepada isterinya. Suatu mahar yang bernilai spiritual, karena Nabi Muhammad saw adalah rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam). Hawa mendengarkannya dan menerimanya sebagai mahar.
"Hai Adam, kini AKU halalkan Hawa bagimu, perintah Allah, dan dapatlah ia sebagai isterimu!".
nabi Adam as bersyukur lalu memasuki ruangan isterinya dengan ucapan salam. Hawa menyambutnya dengan segala keterbukaan dan cinta kasih yang seimbang.
Allah swt. berfirman kepada mereka," Hai Adam, diamlah engkau bersama isterimu di dalam surga dan makanlah (serta nikmatilah) apa saja yang kamu berdua ingini, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini karena (apabila mendekatinya) kamu berdua akan menjadi dzalim."(QS Al-Araaf: 19).

Apa si bedanya sifat Allah dengan Nama-nama Allah?

Bismillahirrokhmanirrokhim,
Pada saat aku sedang mengetik sebuah postingan di blog ini, tiba-tiba bapak kepala Madrasah menghampiri dan turut memperhatikan materi yang sedang kuposting. Beliau nampak tertarik, lalu bertanya, "Pak, apa si bedanya sifat Allah dengan Nama Allah, bukankah di setiap nama-nama Allah pasti juga melekat sifat Allah?". Menurutku dengan pertanyaan itu beliau sekedar mencoba memasukkan ujung kaki ke dalam genangan air, sekedar mengukur seberapa dalam airnya, bukan sungguh-sungguh hendak bertanya saking ga tahunya. Aku Yakin bapak Kepala Madrasahku memiliki kedalaman dan keluasan ilmu agama yang cukup untuk menjawab pertanyaan. Tetapi sekejap aku mati langkah. Lalu kujawab "Waaah...pak ilmuku belum sampai ke situ...". Lalu beliau menepuk pundakku sambil tertawa ringan dan berlalu. 
Sepeninggal bapak kepala madrasah kucoba pikirkan jawaban dari pertanyaan itu. Apa mungkin jawabannya begini; Sifat Allah itu berkaitan dengan dzatnya sedangkan nama Allah adalah sebutan bagi Allah sesuai dengan sifat yang dimiliki-Nya. 
Namun tentu aku tak boleh menjawab asal tanpa bisa menunjukkan dalil-dalil, apalagi berkaitan dengan sifat dan nama Allah. Maka segera kukayuh jemariku untuk menggapai bantuan dari mbah google. Alkhamdulillah, kudapatkan bantuan yang kubutuhkan di www.islamqa.info, sebagai berikut;

Nama-nama Allah adalah segala sesuatu yang menunjukkan dzat Allah bersama sifat-sifat kesempurnaan yang terkandung di dalamnya. Seperti 'القادر' (berkuasa), 'العليم' (mengetahui), 'الحكيم' (bijaksana), 'السميع' (mendengar), 'البصير' (melihat). Sesungguhnya nama-nama tersebut menunjukkan dzat Allah dan semua sifat yang terkandung di dalamnya, seperti mengetahui, bijaksana, mendengar, melihat. Sebuah nama menunjukkan dua perkara, sedangkan sifat mengandung satu perkara. Dikatakan bahwa nama mengandung sifat, sedangkan sifat merupakan keharusan sebuah nama. Beriman terhadap apa yang telah Allah tetapkan dari keduanya merupakan kewajiban, begitu pula dengan ketetapan Rasulullah shallallahu alaihi wa salam, sesuai dengan kemuliaan yang layak bagi Allah Ta'ala disertai keyakinan bahwa Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya dan salah satu sifatnya, sebagaimana Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya dalam dzatnya. Berdasarkan firman Allah Ta'ala, "Katakanlah, Dialah Allah yang esa. Tempat bergantung. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Tidak ada satupun yang serupa dengan-Nya." (QS. Al-Ikhlas). Juga berdasarkan firman Allah Ta'ala, "Tidak ada suatu pun yang serupa dengan-Nya. Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat." (QS. Asy-Syura: 11)

Belajar Agama Islam



Bagian I
AQIDAH

I.               Rukun Iman
Rukun iman ada 6 (enam), yaitu iman kepada Allah, iman kepada para malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul-rasul Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qadha’ dan qadar Allah.
A.      Iman Kepada Allah
Rukun iman yang pertama adalah iman kepada Allah. Iman artinya percaya. Iman Kepada Allah artinya yaqin dan percaya bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang wajib disembah.
Rasulullah SAW bersabda;
AL IIMAANU ANTU’MINA BILLAAHI WAMALAIKATIHI WAKUTUBIHI WARUSULIHI WAL YAUMIL AAKHIRI WATU’MINA BILQODRI KHOERIHI WASYARRIHI.
Artinya :
Iman itu ialah percaya kepada Allah; kepada malaikat-malaikat Allah; kitab-kitab-Nya; Rasul-rasul-Nya; hari akhir; dan percaya pada takdir Allah yang baik maupun yang buruk” (H.R. Muslim)
1.       Sifat Wajib Bagi Allah
Sifat-sifat wajib bagi Allah ada 20, yaitu;
1)      Wujud artinya ada
2)      Qidam artinya dahulu
3)      Baqa’ artinya kekal
4)      Mukhaalaafatu lil Hawadiitsi artinya berbeda dengan makhluknya
5)      Qiyaamuhu binafsihi artinya berdiri sendiri
6)      Wahdaniyah artinya Maha Esa
7)      Qudrat artinya berkuasa
8)      Iradat artinya berkehendak
9)      ‘Ilmu artinyamengetahui
10)   Hayat artinya hidup
11)   Sama’ artinya mendengar
12)   Bashar artinya melihat
13)   Kalam artinya berfirman
14)   Qadiran artinya Yang Maha Kuasa
15)   Muridan artinya Yang Maha Berkehendak
16)   ‘Aliman artinya Yang Maha Mengetahui
17)   Hayyan artinya Yang Maha Hidup
18)   Sami’an artinya Yang Maha Mendengar
19)   Bashiran artinya Yang Maha Melihat
20)   Mutakalliman artinya Yang Maha Berfirman
2.       Sifat Mustahil Bagi Allah
Mustahil artinya tidak dapat dibenarkan oleh akal, atau sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Sifat mustahil bagi Allah adalah segala sifat yang berlawanan dengan sifat-sifat wajib bagi Allah, yaitu;
1)      Adam artinya mustahil Allah tidak ada
2)      Huduts artinya mustahil Allah baru
3)      Fana’ artinya mustahil Allah rusak
4)      Mumatsalalihawadits artinya mustahil Allah menyerupai makhluk
5)      Ihtiyajlighairihi artinya mustahil Allah membutuhkan kepada lain-Nya
6)      Ta’addud artinya mustahil Allah lebih dari satu
7)      Ajzun artinya mustahil Allah lemah
8)      Karahatun artinya mustahil Allah terpaksa
9)      Jahlun artinya mustahil Allah bodoh
10)   Mautun artinya mustahil Allah mati
11)   Shummun artinya mustahil Allah tuli
12)   ‘Umyun artinya mustahil Allah buta
13)   Bukmun artinya mustahil Allah bisu
14)   ‘Ajizan artinya mustahil Allah yang lemah
15)   Mukrahan artinya mustahil Allah yang dipaksa
16)   Jahilan artinya mustahil Allah yang bodoh
17)   Mayyitan artinya mustahil Allah yang mati
18)   Ashamman artinya mustahil Allah yang tulia
19)   A’maa artinya mustahil Allah yang buta
20)   Abkama artinya mustahil Allah yang bisu
3.       Sifat Jaiz Bagi Allah
Jaiz artinya boleh. Sifat jaiz bagi Allah hanya satu, yaitu jaiz bagi Allah berbuat sesuatu atau meninggalkannya. Firman Allah, yang artinya "Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilih-Nya" (QS. Al-Qashash:68).

Iman kepada Allah memiliki tujuan sebagai berikut;
1. Meyakini keesaan Allah satu-satunya Tuhan yang wajib disembah
2. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
3. Menyandarkan diri dan memohon hanya kepada Allah Yang Maha Kuasa
4. Mentaati dan melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larang-larangan-Nya
5. Agar mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
6. Percaya pada yang Ghaib.
Bersambung...