Translate

Selasa, 20 Januari 2015

B.I.J.A.K.S.A.N.A

Assalamu'alaikum,wr.wb
       Dalam sebuah perjalanan dari Krangean, tempat madrasahku berada menuju Yogyakarta, ada sebuah renungan yang memberiku pelajaran amat penting. Krangean ke Yogyakarta jika dihitung secara kasar berjarak kira-kira 250 an kilo meter. Apalagi kala itu rute yang ditempuh berputar lewat Purworejo, artinya jarak tempuh makin jauh dan waktu tempuh pun makin lama. Menghitung jarak tempuh dan waktu tempuh, ada beberapa waktu sholat yang bakal terganggu. 
       Pada saat kendaraan mulai bergerak meninggalkan madrasah di Desa Krangean, Kec. Kertanegara, Kab. Purbalingga, kepala madrasah sebagai pimpinan rombongan menyampaikan bahwa perjalanan akan memakan waktu dan beberapa waktu shalat akan terganggu, sehingga beberapa shalat akan dilakukan dengan cara dijamak sekaligus qashar. Ada dua waktu shalat yang dikerjakan pada salah satu waktu, dan kedua shalat tersebut diringkas. Hal yang sudah biasa... tetapi sesungguhnya dari keadaan itu ada sebuah pelajaran maha penting yang kutemukan.
       Allah Sang Causa Prima... Sang Penguasa Jagat Raya... Sang Hakim yang menentukan baik-buruk, halal-haram,dan surga-neraka, masih memiliki sifat Maha Bijaksana. Shalat, tolok ukur utama amal ibadah manusia, yang kelak akan ditimbang pertama kali saat menghadapi hisab. Shalat sebagai kewajiban utama umat Islam. Tetapi Allah masih berkenan memberikan kemudahan, memberikan keringanan pada situasi-situasi tertentu. Dalam situasi tertentu, Allah tidak menuntut umat Islam untuk melaksanakan aturan shalat secara saklek menurut syarat wajib dan sunnahnya. Dalam situasi tertentu, Allah dengan Bijaksana memberikan keringanan luar biasa. Ketika berada di perjalanan, ketika sakit, ketika uzur, kamu tidak perlu repot mencari air wudlu jika tak memungkinkan, cukup dengan tayamum. Shalat bisa dilakukan dimana saja bahkan di dalam kendaraan yang sedang bergerak, di tempat duduk, di pembaringan, tanpa harus melakukan gerakan-gerakan shalat, cukup dengan isyarat. Waktunya boleh digabungkan dengan waktu yang lain, bahkan jumlah raka'atnya boleh diringkas. Sungguh Islam itu agama yang mudah. 
       Lalu, jika Allah saja Sang Causa Prima... Sang Penguasa Jagat Raya... Sang Hakim yang menentukan baik-buruk, halal-haram,dan surga-neraka, masih memiliki sifat Maha Bijaksana untuk memberikan kemudahan bagi umat Islam dalam menjalankan kewajiban mereka...
       Mengapa kita sesama manusia justru terkadang melebihi batas kemanusiaan kita. Bahkan seolah melebihi kuasa Allah. Enggan untuk bersikap bijaksana, mengedepankan sikap super tegas yang cenderung kaku. Jika Allah saja masih berkenan memberikan kemudahan-kemudahan bagi umat Islam dalam melaksanakan aturan-Nya, mengapa kita terkadang bersikap arogan dan kaku dalam mengawal pelaksanaan aturan yang dibuat oleh sesama manusia, bahkan seolah aturan-aturan itu menjadi tolok ukur halal-haram, dan surga-neraka. 
       Mengapa kita sesama manusia enggan untuk saling meringankan urusan dunia? Padahal sesungguhnya Allah pun menjamin memberikan balasan bagi orang-orang yang mau meringankan urusan sesamanya.
Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR. Muslim, lihat juga Kumpulan Hadits Arba’in An Nawawi hadits ke 36).
       Jika Allah saja masih berkenan memberikan kemudahan untuk urusan akhiratmu... mengapa kamu memilih menimbulkan kesulitan bagi orang lain untuk urusan dunia...
Wassalamu'alaikum, wr.wb.