Buat anakku semata wayang yang kini mulai tumbuh
dewasa...
Nak, besok jadilah orang yang biasa saja.
Jalani kehidupan dengan normal dan sewajarnya orang kebanyakan. Tak usah
menjadi pemimpin untuk orang lain. Karena menjadi seorang pemimpin
berpotensi
lebih banyak menumpuk dosa terhadap sesama. Karena bisa jadi, ucapanmu,
tindakanmu, bahkan sikapmu bisa menjadi senjata paling tajam melukai perasaan
orang lain. Meskipun menjadi seorang pemimpin bisa menjadi ibadah. Tetapi tak
usahlah berkeinginan menjadi pemimpin bagi orang lain. Masih banyak cara lain yang
lebih mulia untuk beribadah.
Jika terpaksa sekali kamu menjadi pemimpin
bagi orang lain, jadilah pemimpin yang bijak yang pandai mengangkat harkat
martabat orang-orang yang kau pimpin. Tak usah kau pikirkan seberapa tinggi
martabatmu di mata mereka. Karena martabat seorang pemimpin justru akan lebih
dijunjung tinggi manakala ia mampu memuliakan orang lain dalam kedudukannya
sebagai pemimpin.
Jangan suka mengumbar amarah meskipun kamu
melihat ketidak benaran. Karena marah tak menyelesaikan masalah malah bisa jadi
memperparah masalah. Jangan tergesa gesa menghakimi, karena bisa jadi ketidak
benaran terjadi karena sesuatu alasan yang manusiawi. Hadapilah tiap masalah
dengan kepala dingin. Jangan merendahkan harga diri orang lain apapun alasanmu.
Sikap santun dan kasih sayang pasti menjadi jalan yang paling mulia
menyelesaikan masalah hingga tuntas.
Tak usah menampilkan watak keras dan galak demi wibawa, karena wibawa tak identik dengan keras dan galak. Jadilah lembut santun dan cerdas. Karena kelembutan mampu meluluhkan hati sekeras apapun. Karena kesantunan dapat menyejukkan hati sepanas apapun. Karena kecerdasan dapat membimbingmu menemukan cara elegan menghadapi tiap permasalahan.
Nak, berusahalah menjadi orang yang selamat
di dunia dan di akherat dengan cara sederhana, jaga lidahmu dari menyakiti hati
orang lain.