Translate

Sabtu, 28 Juli 2018

Wasiat Buat Anakku Semata Wayang


Buat anakku semata wayang yang kini mulai tumbuh dewasa...
Nak, besok jadilah orang yang biasa saja. Jalani kehidupan dengan normal dan sewajarnya orang kebanyakan. Tak usah menjadi pemimpin untuk orang lain. Karena menjadi seorang pemimpin
berpotensi lebih banyak menumpuk dosa terhadap sesama. Karena bisa jadi, ucapanmu, tindakanmu, bahkan sikapmu bisa menjadi senjata paling tajam melukai perasaan orang lain. Meskipun menjadi seorang pemimpin bisa menjadi ibadah. Tetapi tak usahlah berkeinginan menjadi pemimpin bagi orang lain. Masih banyak cara lain yang lebih mulia untuk beribadah.
Jika terpaksa sekali kamu menjadi pemimpin bagi orang lain, jadilah pemimpin yang bijak yang pandai mengangkat harkat martabat orang-orang yang kau pimpin. Tak usah kau pikirkan seberapa tinggi martabatmu di mata mereka. Karena martabat seorang pemimpin justru akan lebih dijunjung tinggi manakala ia mampu memuliakan orang lain dalam kedudukannya sebagai pemimpin.
Jangan suka mengumbar amarah meskipun kamu melihat ketidak benaran. Karena marah tak menyelesaikan masalah malah bisa jadi memperparah masalah. Jangan tergesa gesa menghakimi, karena bisa jadi ketidak benaran terjadi karena sesuatu alasan yang manusiawi. Hadapilah tiap masalah dengan kepala dingin. Jangan merendahkan harga diri orang lain apapun alasanmu. Sikap santun dan kasih sayang pasti menjadi jalan yang paling mulia menyelesaikan masalah hingga tuntas.
Tak usah menampilkan watak keras dan galak demi wibawa, karena wibawa tak identik dengan keras dan galak. Jadilah lembut santun dan cerdas. Karena kelembutan mampu meluluhkan hati sekeras apapun. Karena kesantunan dapat menyejukkan hati sepanas apapun. Karena kecerdasan dapat membimbingmu menemukan cara elegan menghadapi tiap permasalahan.
Nak, berusahalah menjadi orang yang selamat di dunia dan di akherat dengan cara sederhana, jaga lidahmu dari menyakiti hati orang lain.