"Apa lagi yang sedang membuatmu gelisah, Le?"
Pertanyaan si Mbok mengejutkanku.
"Ga ada Mbok..." jawabku lirih.
"Si Mbok tau kamu sedang gelisah, bukan hanya dari sikapmu beberapa hari ini yang tiba-tiba begitu pendiam dan suka merenung sendirian. Si Mbok juga mendengar dan menyimak..."
"Iya Mbok, hatiku begitu sakit... ada orang yang begitu tega menghancurleburkan karirku, martabatku... padahal aku tak merasa melakukan kesalahan apapun".
"Jangan takabur, Le... Manusia itu tempatnya salah dan lupa, tak terkecuali kamu..."
"Karuan, Mbok... aku tau itu... tapi mengapa ia bisa begitu teganya menjelek-jelekkan aku di depan orang lain dan menyebarkan cerita yang menghancurkan martabatku kepada semua orang...?"
"Le, jika suatu hari ada seorang teman datang ke rumahmu, lalu ia melihat ada sampah di halaman rumahmu, dipungutnya lalu dibawa pergi... apa yang kamu dapat? keuntungan atau kerugian?"
Aku diam tak mencoba menjawab pertanyaan si Mbok, hanya mencoba memahami kemana arah pembicaraan si Mbok. Lalu si Mbok meneruskan kalimatnya, "Apakah kamu dirugikan? Tidak, bukan? Meskipun jika ternyata ia membawa pergi sampah itu dan dibuangnya ke depan orang lain, meletakkannya, seraya berkata bahwa sampah itu adalah sampah dari halaman rumahmu, biarlah ia melakukannya. Bisa jadi sebagian orang akan menilai betapa joroknya kamu, betapa kotornya rumahmu... tapi percayalah...tak akan ada satupun orang yang memuji perbuatannya itu..."
"Mbok, karena perbuatannya itu, banyak orang menjauhi bahkan memusuhiku. Hidupku susah... bahkan karirku hancur... ada sebagian teman berkata semua itu adalah hukuman Allah atas segala keburukan yang kulakukan selama ini"
"Le, tak ada satupun makhluk yang boleh hidup bebas dari ujian, teguran, dan hukuman. Bisa jadi apa yang menimpamu adalah ujian bagimu karena kamu harus menempuh pelajaran hidup di tingkatan berikutnya. Mungkin juga teguran, agar kamu menyadari atas kelalaianmu sehingga bisa secepatnya memperbaiki langkah agar tidak tersesat jalan. Atau mungkin Gusti Allah memang sedang menghukummu atas kesalahan yang sudah kamu perbuat selama ini. Tetapi apapun itu, kamu tidak perlu berkecil hati, jika itu ujian, semoga kamu berhasil menyelesaikannya dengan kesabaran sehingga kamu lulus dan harus siap mendapatkan pelajaran yang lebih sulit di tingkat berikutnya, tentu dengan ujian yang lebih berat lagi. Jika itu teguran, semoga Allah membuka hatimu dan makin menguatkan imanmu. Dan jika hukuman, bersyukurlah... karena berarti Allah sedang mengirimkan seseorang untuk mengurangi beban timbangan amal burukmu kelak di Yaumul Hisab, bangun dan bangkitlah le, lanjutkan hidupmu".
"Mbok, bagaimana aku harus menyelesaikan semua ini... sedangkan orang-orang di sekelilingku kini menganggapku hanya seonggok bangkai yang berbau busuk tak bermanfaat lagi buruk..."
"Le, tidak semua masalah harus kamu selesaikan dengan kekuatan dan keberanian. Adakalanya sebuah masalah cukup dihadapi dengan kesabaran. Ibarat kamu sedang terperosok ke dalam lumpur hidup, semakin kamu banyak bergerak, semakin kuat lumpur menghisap tubuhmu tenggelam. Sabar, tenangkan hati, serahkan segalanya kepada Gusti Allah. Berpuasalah... berpuasa dari segala kenikmatan dunia, berpuasa dari perkataan yang tak bermanfaat, berpuasa dari sikap adigang adigung adiguna, berpuasa dari amarah, dan berpuasa dari keinginan yang bisa membuatmu lupa terhadap rasa kemanusiaan"
"Le, jangan pernah berharap hadirmu bisa diterima oleh semua pihak, dicintai oleh semua orang, dan terhindar dari cela, karena itu sesuatu yang mustahil".