1. Imam dianjurkan membaca al-fatihah dan surat setelahnya dengan keras pada dua rakaat
pertama shalat maghrib, dua rakaat pertama shalat isya, dan shalat subuh. Demikian
pula ketika shalat jumat, shalat id, istisqa, dan shalat gerhana. (HR. Bukhari).
Selain shalat di atas, bacaan Al-Fatihah dan surat dibaca pelan.
2. Mengeraskan dan memelankan bacaan dalam shalat hukumnya
sunah dan tidak wajib. Karena itu, jika ada orang yang mengimami shalat isya, tapi
bacaannya pelan, shalatnya tetap sah, dan makmum tidak perlu membubarkan diri.
3. Untuk shalat malam, terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengeraskan dan terkadang memelankan bacaan. Kadang beliau mengeraskan
bacaan surat
ketika tahajud sampai didengar orang yang berada di luar rumah beliau. (HR. An-Nasai
dan turmudzi)
4. Beliau pernah memerintahkan Abu Bakar untuk menaikkan
suara bacaannya ketika shalat malam karena terlalu pelan. Sementara beliau
memerintahkan Umar untuk memelankan suara bacaannya ketika shalat malam karena
terlalu keras. (HR. Abu Daud, Hakim dan dishahihkan Ad-Dzahabi).
5. Orang yang melakukan shalat wajib sendirian, disyariatkan
memelankan bacaan, meskipun shalat yang dilakukan adalah shalat maghrib atau
isya.
6. Jika imam mengeraskan bacaannya, seperti ketika shalat
subuh atau dua rakaat pertama shalat maghrib dan isya maka makmum cukup diam
untuk mendengarkan bacaan imam. Makmum tidak membaca apapun, termasuk Al-Fatihah.
Sekali lagi, ini jika imam mengeraskan bacaannya dan makmum mendengar bacaan
imam. Dalilnya:
a. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنما جعل الإمام ليؤتم به فإذا كبر
فكبروا وإذا قرأ فأنصتوا
Imam ditunjuk untuk diikuti. Jika dia bertakbir maka
bertakbirlah, dan jika dia mengeraskan bacaannya maka diamlah. (HR. Muslim, Abu
Daud dan yang lainnya)
b. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
من كان له إمام فقراءة الإمام له
قراءة
Siapa yang shalat bersama imam, maka bacaan imam (yang
dikeraskan) adalah bacaan baginya. (HR. Ahmad, Ad-Daruqutni, Ibn Abi Syaibah
dan dishahihkan Al-Albani)
c. Dinyatakan dalam sebuah riwayat, bahwa suatu ketika
selesai shalat subuh, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Adakah tadi
yang membaca Al-Quran?” “Ya, Saya wahai Rasulullah.” Jawab salah satu sahabat. Abu
Hurairah mengatakan: Setelah itu para sahabat tidak lagi membaca Al-Quran
ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Al-Fatihah dengan keras.
(HR. Malik, Ahmad, Abu Daud, Al-Humaidi, dan dishahihkan Al-Albani)
d. Tujuan dianjurkannya mengeraskan bacaan bagi imam adalah
agar didengar makmum. Tujuan ini tidak tercapai jika masing-masing makmum turut
membaca al-Fatihah atau surat.
4. Membaca Al-Quran, baik ketika shalat atau di luar shalat,
harus dilakukan dengan tartil. Sesuai dengan ilmu tajwid. Berhenti di setiap
ayat. Memperhatikan kaidah waqaf. Allah berfirman:
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
“Bacalah Al-Quran dengan tartil.” (QS. Al-Muzammil: 4)
Ibnu katsir mengatakan: Maknanya adalah bacalah Al-Quran
secara perlahan, karena itu akan sangat membantu memahami maknanya. (Tafsir Ibn
Katsir, 8/250)
8. Jika imam mengalami kesalahan dalam bacaan, karena
rusaknya hafalan atau kesalahan cara membaca maka makmum yang berada di
sekitarnya harus mengingatkan. Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah lupa ketika membaca Al-Quran pada saat shalat. Seusai shalat, beliau
bertanya kepada Ubay bin Ka’ab (sahabat yang pandai Al-Quran): “Mengapa engkau
tidak mengingatkan aku?” (HR. Abu Daud, Ibn Hibban, At-Thabrani dan dishahihkan
Al-Albani).
Kesalahan terkait pelan dan kerasnya bacaan
1. Menggunakan speaker luar ketika mengimami shalat. Ini
bisa jadi termasuk tindakan berlebihan, karena yang perlu mendengar suara imam
hanya makmum yang berada di masjid, dan bukan semua orang.
2. suara imam yang terlalu pelan, padahal imam masih mampu
untuk mengeraskan suaranya, sehingga banyak makmum tidak mendengarnya.
3. makmum mengeraskan bacaan ketika membaca al-fatihah atau surat, sehingga
mengganggu makmum yang lain atau bahkan mengganggu imam.
Sumber : http://carasholat.com/bacaan-sholat-mengeraskan-dan-memelankan-suara-dalam-sholat/