Translate

Minggu, 28 Juli 2013

Mengenal Kitab Karya Ulama-Ulama Besar


Bada’i az-Zuhur fi Waqa’i ad-Duhur

Adalah Ibn Iyas sejarawan asal Mesir dan merupakan salah satu murid Jalaluddin as-Suyuthi. Nama lengkapnya ialah Abu al-Barakat Muhammad bin Ahmad bin Iyas, lahir di Kairo pada tahun 852 H / 1448 M dan meninggal pada tahun 930 H / 1524 M. Ia semasa dengan Ibn Taghri Baridi, penulis kitab an-Nujum az-Zahirah yang sangat terkenal itu.
Di antara karyanya adalah kitab Bada’i az-Zuhur fi Waqa’i ad-Duhur, yaitu sebuah kitab yang berisi tentang pelbagai kejadian dan kisah para nabi terdahulu. Dalam pengantarnya, Ibn Iyas mengatakan: “…maka saya menulis tentang kejadian dan kisah hidup para nabi ini, dan memilih kisah-kisah yang paling mengesankan…..”. Pilihan untuk memilih kejadian dan kisah perjalan para nabi terdahulu tersebut bukan tanpa alasan. Lantas, apa alasan yang melatarbelakanginya? Jawabnya adalah sebagai pelajaran bagi orang-orang yang berakal. [H. 2].

Di samping itu juga tidak mungkin semua kejadian dan kisah-kisah para nabi dipelajari semuanya. Sebagaimana dikatakan: “Tak ada seorang pun yang mampu menguasi seluruh ilmu, meski ia mempelajarinya selama seribu tahun. Sebab, ilmu itu laksana lautan yang bergelombang, karenanya ambil segala sesuatu yang bisa membuat kebaikan”. [H. 2].

Dalam kitab tersebut, Ibn Iyas memulai dengan menyebut tentang kejadian permulaan makhluk. Ia mengutip sebuah riwayat Imam Ahmad bin Hanbal yang terdapt di dalam Musnad-nya dari Amir al-‘Uqaili ra, ia berkata: “Saya bertanya kepada Rasulullah saw: ‘Di mana Tuhan kami sebelum menciptakan langit dan bumi? Rasulullah saw pun menjawab: ‘Ia berada di awan (ghamam) yang di atas dan bawahnya adalah udara (hawa`), kemudian Ia menciptakan ‘arsy di atas air” [H. 2-3].

Selanjutnya pada halaman-halamana berikutnya, Ibn Iyas menyuguhkan tentang riwayat-riwayat tentang salju dan es. Seperti riwayat Ibn Abbas yang mengatakan bahwa Allah swt telah menciptakan di langit gunung-gunung yang terbuat dari salju dan es sebagamana Allah SWT menciptakan di bumi gunung-gunung dari batu. Riwayat ini senada dengan firman Allah SWT: “Dan Allah SWT (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung” (H. an-Nur: 43).

Dalam konteks ini, Ibn Iyas juga mengutip pernyataan Ibn al-Jauzi yang terdapat di dalam pelbagai karyanya. Menurut oenuturan Ibn al-Jauzi, pada abad kelima hijriyah pernah terjadi peristiwa yang amat mengerikan di sebagai belahan bumi sebelah barat, yaitu hujan es dengan butiran-butiran yang sangat besar. Peristiwa ini telah banyak memakan korban jiwa yang sangat banyak, mulai dari manusia sampai binatang. [H. 5].

Di tempat lain, Ibn Iyas juga menjelaskan tentang bagian-bagian dunia. Yang menarik dalam hal ini, ia mengutip pendapat Hermes yang menyatakan bahwa dunia itu ada tujuh bagian. yaitu untuk Turki, Arab, Persi, Sudan, sedang tiga bagian lainnya untuk Ya’ju’ dan Ma’juj. [H. 10].

Tidak lupa Ibn Iyas juga bicara tentang sungai-sungai. Di antara sungai-sungai yang terkenal ialah sunagai Sihan, Jihan, Efrat, Tigris, dan sugai Nil. Konon orang yang mengeruk dan mengalirkan air dari sungai Efrat ke sungai Tigris adalah nabi Daniel.

Dan menurut beberapa hukama`, bahwa meminum air sungai Tigris bisa melemahkan syahwat laki-laki dan bagi perempuan bisa menambah gairahnya. Sedang salah satu dari keajaiban sungai Nil adalah adanya kuda nil yang hidup di sana. [H. 14 dan 21].

Dalam kitab ini juga berbicara tentang kisah-kisah para nabi terdahulu dan di akhiri dengan kisah turunnya nabi Isa ke muka bumi. Apa yang dipaparkan Ibn Iyas dalam kitabnya memang masih perlu untuk dipertanyakan kebenarannya.

Tidak sedikit kejadian dan kisah-kisah yang dipaparkan dalamnya perlu untuk dipertanyakan, tetapi tulisan ini bukan untuk mempertanykan validitas kejadian dan kisah-kisah yang disuguhkan Ibn Iyas. Tulisan singkat ini hanya mencoba mengenalkan dan menghadirkan satu sisi sosok Ibn Iyas melalui sedikit dari isi kitabnya. Dan membaca buku ini akan membawa kita pada masa dan dunia yang sangat jauh. Selanjutnya terserah anda.  Salam… 

Tentang Kitab
 Judul
 :
 Bada’i az-Zuhur fi Waqa’i ad-Duhur
 Penulis   
 :
 Muhammad bin Ahmad bin Iyas
 Penerbit
 :
 Bairut-Dar al-Fikr, t.t
 Tebal 
 :
 197 halaman
 dikutip dari www.pondokpesantren.net

Minggu, 21 Juli 2013

Asal-Usul Nama INDONESIA




Siapa sebenarnya penemu nama Negara Indonesia? 
Yang dimaksud dengan Indonesia adalah sebuah Negara yang terletak antara benua Asia dan Australia, yang secara geografis adalah Negara yang terletak antara 95°-141° Bujur Timur, dan 6° Lintang Utara sampai 11 Lintang Selatan.
Sejarah Penemu Nama Indonesia
Dari kajian sejarah, nama Indonesia ditemukan oleh James Richardson Logan dan George Samuel Windson Earl. Earl mengusulkan nama Indonesia dalam tulisannya "Journal Of The Indian Archipelago and Eastern Asia" volume IV tahun 1850. Earl punya dua calon nama yaitu Indunesia atau Malayunesia. Dia sendiri memilih nama Malayunesia karena nama ini sangat tepat untuk ras Melayu, sementara cakupan Indinesia terlalu luas. Tapi Lodan punya pendapat berbeda. Ia lebih senang memakai nama Indunesia, sebab nama itu lebih sinonim untuk Indian Island atau Indian Archipalego. Dalam perjalanan huruf "U" diganti huruf "O", sehingga menjadi Indonesia.
Peran Adolf Bastian
Sejarah berbicara bahwa Bastian dikenal Cuma merawat dan mempopulerkan saja. Bastian adalah seorang dokter dan sekaligus antropolog. Ia seorang guru besar etnologi di Universitas Berlin.
Pada zamannya, Sabastian adalah seorang ilmuan yang handal. Dikenal dan diakui oleh ilmuan lain. Dialah yang mengantarkan etnolog dan antropologi hingga diakui sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan. Banyak harta peninggalan yang sempat dikumpulkan oleh Bastian yang dipergunakan untuk kajian antropologi. Namun yang paling popular adalah adalah dua buah buku, yaitu Indonesien Oder Die Inseln Des Malayischen Archipels yang terbit lima buku, dan buku Die Volkev des Ostl Asien.

Ia menggunakan nama tersebut pada tahun 1884 dalam karangan ilmiahnya yang berjudul Indonesien Oder Die Inseln Des Malayischen Archipels. Sejak itu nama Indonesia makin populer digunakan untuk menyebut wilayah yang juga disebut sebagai Hindia Belanda.
Kemudian seorang ahli Hukum Adat yang bernama C. van Vollenhoven selalu menggunakan nama Indonesier untuk menggantikan nama Inlander dalam karangannya yang berjudul Het Adatrecht van Nederlands-Indie.
Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.

Nama indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti indisch (Hindia) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan indonesiër (orang Indonesia).
Nama Indonesia tersebut berasal dari bahasa Yunani. Dari kata Indo dan Nesos. Indo berarti India atau Hindia, sedangkan Nesos berarti kepulauan. Dengan demikian arti nama Indonesia adalah Kepulauan Hindia atau India. Menurut Earl, alasan utamanya menggunakan kata Nesos adalah karena ia menduga kata Nusa yang sangat mirip dengan kata Nesos yang berarti juga pulau atau kepulauan dalam bahasa Melayu Austronesia, memiliki umur yang mungkin sama tuanya. Kata Nesos mirip dengan kata Nusa dan memiliki umur yang sama. (dikutip dari http://forum.viva.co.id)