Ajaran Islam memperlihatkan hukum pertimbangan antara yang subut (tetap) dan tatawwur (berkembang). Hukum ibadah mahdah adalah subut, tidak boleh ada inovasi dan pembaharuan, sedang hukum ibadah sosial atau muamalah kemasyarakatan adalah tatawwur, harus ada inovasi dan pembaharuan sesuai dengan perkembangan masyarakat.
Sehubungan dengan itu, para ulama menetapkan sebuah kaidah usul, "Hukum dasar dalam ibadah (mahdah) adalah haram, kecuali ada dalil sebaliknya (yang menghalalkannya). Sedang ibadah sosial (gair mahdah) adalah boleh, kecuali ada dalil sebaliknya (yang mengharamkannya)." Peringatan Maulid Nabi termasuk ibadah sosial yang memiliki nilai-nilai positif sebagai sarana untuk memperkenalkan syiar Islam. Peringatan Maulid Nabi bukanlah sesuatu yang bid'ah, justru perlu ditradisikan sebagai sarana dakwah Islam. Kecuali jika dalam peringatan itu, terdapat hal-hal yang bertentangan dengan esensi ajaran Islam, maka tentu saja tidak diperbolehkan. Tetapi, bukan peringatannya yang dilarang, melainkan isi amalan dalam peringatan itu yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Sampai sekarang dunia Islam terbelah dua dalam menyikapi peringatan Maulid Nabi. Arab Saudi adalah pelopor negara yang tidak memperkenankan peringatan maulid nabi. Sedang negara Islam lainnya, seperti Maroko, Libya, Iran, dan Indonesia mewakili dunia muslim yang setiap tahun memperingatinya.(www.uin-alauddin.ac.id) Memperingati hari lahir nabi sangat lekat dengan kehidupan warga NU. Hari senin, 12 Rabi’ul Awal, sudah dihapal luar kepala oleh anak-anak warga NU. Acara yang disugukan dalam peringatan itu amat variatif. Biasanya, ada yang mengirimkan masakan-maskan special untuk dikirimkan ke beberapa tetangga kanan dan kiri. Di dalam acara tersebut juga dibacakan tentang syair Barzanji atau diba’.
Berzanji adalah buku sastra yang memuat sejarah biografi Nabi. Ia ditulis sesuai dengan setting sosial di masanya. Sebagai karya sastra kitab Barzanji perlu mendapatkan apresiasi. (Abdul Fattah,2008:293-294) Selanjutnya umat Islam Indonesia, tanggal 12 Rabi’ul Awal dipandang sangat penting, karena pada tanggal itulah Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Selain itu karena pribadi Nabi Muhammad SAW sendiri yang dijadikan Tuhan sebagai pribadi yang menarik. Segi menariknya diantaranya sebagai berikut:
a. Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi yang terakhir, penutup sekalian Nabi dan Rasul. Dalam Al-Qur’an disebutkan :
Artinya :
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu. QS. Al-Ahzab, 33:40 (Dept. Agama RI, 2008:674)
b. Nabi Muhammad SAW dijadikan Tuhan sebagai uswah hasanah atau teladan yang baik. Dalam Al-Qur’an disebutkan :
Artinya :
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. QS. Al-Ahzab, 33:21 (Dept. Agama RI, 2008:670)
c. Allah SWT dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Muhammad, dan Allah memerintahkan umat manusia ikut bershalawat untuk Nabi Muhammad. Hal ini disebutkan di dalam kitab suci Al-Qur’an :
Artinya :
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. QS. Al-Ahzab:56. (Dept. Agama RI, 2008:678)
Hikmah yang dapat diambil dari memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW sangatlah beraneka ragam. Dalam sejarah, ternyata Nabi Muhammad SAW adalah tokoh yang berhasil dan memiliki pengaruh yang cukup luas. Dalam catatan Michael H. Hart melalui bukunya yang berjudul The 100, a Rangking of the Most Influential Persons in History (Seratus Tokoh yang Berpengaruh dalam Sejarah) Nabi Muhammad SAW diletakkan dalam rangking pertama sebagai pemimpin dunia yang paling berpengaruh dalam sejarah umat manusia. Disadari atau tidak disadari bagi umat manusia, itulah yang telah menjadi ketetapan Allah SWT, dan hal itu ditegaskan dalam al-Qur’ân bahwa Nabi Muhammad SAW adalah teladan yang baik.
Artinya :
“Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan banyak menyebut Allah.” (QS, al-Ahzab:21). (Dept. Agama RI, 2008:670)
Keteladanan Nabi Muhammad SAW adalah air penyejuk bagi jiwa-jiwa yang gersang khususnya generasi muda yang sering kehilangan jati diri dalam mengimitasikan dirinya dengan orang lain. Pribadi Rasulullah merupakan teladan yang wajib diikuti dan ditiru. Kita mengetahui bahwa seluruh aspek kehidupan beliau, yang dimulai dari kehidupan anak-anak, remaja, kehidupan rumah tangganya hingga kegiatannya di tengah-tengah masyarakatnya, merupakan teladan yang dapat kita ambil hikmahnya. Karena itu Allah mengingatkan kita :
Artinya :
Katakanlah: “jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutlah aku (Nabi Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengapuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS, Ali Imran,3:31). (Dept. Agama RI, 2008:80)
Ayat tersebut mengingatkan kalau kita (umat Islam) memang benar-benar mencintai Allah maka haruslah meneladani Nabi. Dengan kata lain orang yang tidak mau ber-uswah atau meneladani Nabi berarti kecintaannya pada Allah masih dipertanyakan. Kemudian Untuk dapat meneladani Nabi kita harus mengenal dan mengetahui bagaimana perjalanan hidup Nabi. Sebab mana mungkin kita dapat mencontoh dan meneladani pribadi Nabi Muhammad SAW kalau kita sendiri “buta” terhadap sejarah kehidupan beliau. Maka dari itu umat Islam harus belajar mengenali kehidupan Nabi lewat buku-buku sejarah atau kitab-kitab tarikh. Diantara kitab-kitab yang berkembang adalah kitab berzanji, burdah, diba’i. Kitab-kitab tersebut kemudian dikenal sebagai pegangan kaum nahdiyin yang kemudian dijawantahkan dalam setiap kehidupan dalam bentuk kegiatan yang dikolaborasikan melalui sholawatan.
Bershalawat adalah salah satu bukti kecintaan kita kepada Nabi Muhammad. Kenikmatan dalam membaca shalawat adalah ungkapan kecintaan kepadanya. Karena itu menurut Nabi Muhammad, orang yang paling dekat dengan beliau pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak membaca shalawat kepadanya; artinya, orang yang paling mencintainya. Di dalam buku Fiqh Tradisional (Abdusshomad, 2004:301) dikatakan bahwa membaca sholawat kepada nabi artinya memohon kepada Allah SWT agar memberikan kesejahteraan kepada hamba pilihan-Nya itu. Allah berfirman dalam QS. At-Taubah (9) 103 :
Artinya :
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (Dept. Agama RI, 2008:297-298)
Dalam tafsir Ibn Katsir, juz II, hal 400 dijelaskan bahwa ayat tersebut menunjukkan bahwa hakekat dari sholawat adalah mendo’akan dan memintakan ampun seseorang kepada Allah SWT. Selanjutnya dijelaskan juga oleh Ibn Katsir bahwa diperbolehkan untuk bersholawat kepada selain para Nabi, misalnya bersholawat yang dikhususkan kepada keluarga dan sahabat Nabi SAW.
Adapula Jawadi Amuli (2004:171) menjelaskan lebih dalam lagi. Sesungguhnya, setiap sholawat yang dicurahkan tidak akan menambah kesempurnaan Nabi SAW. Sebab Allah telah menganugerahkan kesempurnaan yang pantas kepada Nabi-Nya. Adapun sesuatu yang kita minta kepada Allah bukanlah sebagi sebab dan perantara dalam faidh (manifestasi) kepada Nabi. Namun, melalui sholawat-sholawat tersebut segenap kesempurnaan nabi akan semakin nampak, yang pada gilirannya menjadi penyebab bagi diturunkannya rahmat ilahi.
Dengan bersholawat, sebenarnya kita bukan hendak memberikan kebaikan kepada Nabi. Karena, seluruh kebaikan yang kita miliki justru berasal dari keberkahan Nabi. Ini seperti seorang penjaga kebun yang memberikan setangkai mawar kepada pemilik kebun pada hari raya. Padahal, mawar tersebut sebenarnya memang milik si pemilik kebun. Apakah si penjaga kebun telah memberikan sesuatu yang dimilikinya?
Setiap buah kebaikan yang kita miliki sesungguhnya berasal dari tanaman rasul. Setangkai mawar yang kita bawa ke hadapan Rasul pada dasarnya berasal dari taman beliau. Karena itu, sholawat dan ucapan selamat yang dicurahkan tidak akan menambah kesempurnaan beliau. Manfaat sholawat serta salam pada dasarnya kembali kepada diri kita, yakni sebagai wahana untuk mendekatkan diri kepada beliau. Sehingga dengan itu kita bisa mencapai kesempurnaan diri.
Allah, malaikat-malaikat dan orang-orang mukmin bersholawat kepada Nabi. Alangkah indahnya kedudukan seorang mukmin ! Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat al-Ahzab yang artinya :
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. QS al-ahzab, 33:56 (Dept. Agama RI, 2008:178)
Berkenaan dengan ayat diatas Abul-Aaliyah berkata bahwa Bershalawat artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat, sedangkan sholawat dari malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan:Allahuma shalli ala Muhammad. Lebih lanjut dijelaskan bahwa Allah SWT memberi tahu hamba-Nya bahwa Dia memuji Muhammad, Nabi-Nya dihadapan para malaikat-Nya yang terdekat dan bahwa malaikat-Nya bershalawat pula pada Muhammad, kemudian Allah memerintahkan hamba-hambanya yang berada di alam agar bershalawat pula untuk beliau serta mengucapkan salam penghormatan kepadanya dengan mengucapkan perkataan seperti : Assalamu'alaika ayyuhan Nabi artinya: semoga keselamatan tercurah kepadamu Hai nabi.
Perintah tersebut tertuju kepada kita untuk mengucapkan Allahuma shalli ala Muhammad wa aali Muhammad. Dilain ayat dalam surat al-ahzab tepat ayat 43 Allah SWT berfirman yang artinya ”Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (alahzab: 43) Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk mengeluarkan kalian dari gelapnya kebodohan menuju benderangnya cahaya hidayah.
Kuswaidi Syafi’i menuturkan juga bahwa manusia didunia ini memiliki hutang kepada Rasulullah SAW. Hutang kebaikan atas cahaya yang dibawa dan disebarkan kepada manusia seluruhnya yang kemudian mengantarkan kita kepada gerbang ajaran beliau.
Ali bin Abi Thalib berkata: “setiap doa antara seorang hamba dengan Allah selalu diantarai dengan hijab (penghalang/tirai) sampai dia mengucapkan shalawat kepada Nabi SAW. Bila ia membaca shalawat, tersobeklah hijab itu dan masuklah doa.” Ali hanya menegaskan apa yang diucapkan Nabi Muhammad: “Semua doa ter-hijab, sampai ia membaca shalawat kepada Muhammad dan keluarganya.” Karena itu orang-orang suci, bahkan para Nabi terdahulu, mengantarkan doa mereka dengan shalawat.
Syekh Al-Tsa’labi menuturkan bahwa ketika Nabi Yusuf dijatuhkan ke sumur oleh saudara-saudaranya, beliau diajari malaikat Jibril bacaan doa yang di dalamnya ada shalawat untuk Nabi Muhammad. (http://caknoeh.wordpress.com)
2. Biografi Pengarang
Kitab ‘Iqd al-Jawahir (kalung permata) yang lebih dikenal dengan sebutan al-Barjanzi. ditulis oleh Syeh Ja’far bin Hasan bin Abd al-Karim bin as-Sayyid Muhammad bin Abd ar-Rasul al-Barzanji ibn Abd ar-RASUL bin Abd as-Sayyid abd ar-Rasul bin Qolandri bin Husain bin Ali bin Abi Tholib ra. Beliau lahir di madinah tahun (1103-1180 H/1690-1766) M. Mufti Syafi’I Madinah dan khatib Masjid Nabawi di Madinah, dimana seluruh hidupnya dipersembahkan untuk kota suci nabi ini. (Azra, Jaringan Ulama, 2007:109, lihat juga al-Murodi, Silk al-Durar, IV: 65-66; kitab munjid fi al-A’lam:125 dalam Abdusshomad, 2004:299). Beliu juga seorang imam, guru besar di masjid nabawi serta merupakan satu diantara pembaharu islam di abad XII. (lihat Murodi, silk ad-Durar, II, 1988: 9) Nama al-Barzanji dibangsakan kepada nama penulisnya, yang juga sebenarnya diambil dari tempat asal keturunannya yakni daerah barzinj (kurdistan).
Nama tersebut menjadi popular di dunia islam pada tahun 1920-an ketika Syeh Mahmud Al-Barzanji memimpin pemberontakan nasional kurdi terhadap inggris yang pada waktu itu menguasai Irak. (Ensiklopedi Islam, 241) Karya tulisnya tentang maulid ada dua, yaitu yang dikenal di Indonesia dengan Maulid al-Barzaji Natsr dalam bentuk prosa-lirik, dan mulid al-Barzanji Nadzam dalam bentuk puisi. (Sholikhin, 2009:49). Kitab al-Barzanji ditulis dengan tujuan untuk meningkatkan kecintaaan kepada Nabi Muhammad SAW dan agar umat Islam meneladani kepribadiannya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 21:
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Ensiklopedi Islam, I:241; Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, 2001,I:200)
Selain kitab-kitab maulid tersebut, al-Barzanji juga menulis kitab risalah yang dinamakan Jaliyah al-Karbi bi Ashabi Sayyid al-Karbi wa al-Ajm. (lihat Murodi, silk ad-Durar, II, 1988: 9) Selain itu Syekh Ja’far juga mengarang Kitab Manaqib Syaikh ‘Abdul Qodir al-Jailani, dengan tujuan memperkenalkan substansi amalan, ajaran, dan fatwa al-Jailani, yang diperuntukkan bagi para pengikut dan masyarakat kebanyakan. Penulisan kitab tersebut didasarkan pada penuturan para ulama tarekat Qadariyyah, dengan semangat rasa cinta penulisnya untuk membeberkan keteladanan Syaikh ‘Abdul Qodir al-Jailani kepada masyarakat umum. Kesufian al-Barzanji nampak ketika ia ungkapkan bahwa penulisan manaqib juga dimaksudkan untuk mendapatkan turunnya keberkahan dari langit, dan mengundang pula turunnya kemurahan sang Hadrat al-‘Arsy (Allah SWT) (an-Nur al-Burhan, halm,8-12; al-Nur al-Amani, halm, 12-15 dan lubab al-Ma’ani, hal. 6-9 dalam Sholikhin, 2009:60)
3. Kitab Berzanji pada Masa Kini
Kitab berzanji terdiri dari tujuh puluh enam halaman yang terbagi menjadi dua bagian yaitu, dalam bentuk prosa dan dalam bentuk syair. keduanya bertutur tentang kehidupan Muhammad, mencakup silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Karya itu juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.
Sebuah karya tulis seni sastra yang memuat kehidupan Nabi Muhammad Saw. Karya sastra ini dibaca dalam berbagai upacara keagamaan di dunia Islam, termasuk Indonesia, sebagai bagian yang menonjol dalam kehidupan beragama tradisional. Dengan membacanya dapat ditingkatkan iman dan kecintaan kepada nabi Muhammad saw dan diperoleh banyak manfaat. Kitab ini memuat riwayat kehidupan nabi Muhammad saw : silsislah keturunannya, kehidupannya semasa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Al-barzanji juga mengisahkan sifat sifat yang dimilki nabi SAW dan perjuangannya dalam menyiarkan Islam dan menggambarkan
kepribadiaanya yang agung untuk dijadikan teladan bagi umat manusia. Di dalam kitab al-barzanji dilukiskan riwayat hidup nabi Muhammad saw dengan bahasa yang indah, berbentuk puisi serta prosa dan kasidah yang sangat menarik perhatian orang yang membaca /mendengarkan, apalagi yang memahami arti dan maksudnya.
Secara garis besar paparan al-Barzanji dapat diringkas sebagai berikut :
1. Silsilah nabi Muhammad saw adalah : Muhammad Bin Abdulla bin Abdul Muttolib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusaiy bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Fihr bin Malik bin Nadir bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan
2. Pada masa kanak-kanak nya banyak kelihatan hal luar biasa pada diri Muhammad saw. Misalnya : malaikat membelah dadanya dan mengeluarkan segala kotoran yang terdapat di dalamnya.
3. Pada masa remajanya ketika berumur 12 tahun, ia dibawa pamannya berniaga ke syam (suriah). Dalam perjalanannya pulang, seorang pendeta melihat tanda-tanda kenabian pada dirinya.
4. Pada waktu berumur 25 tahun ia melangsungkan pernikahannya dengan Khadijah binti Khuwailid
5. Pada waktu berumur 40 tahun ia diangkat menjadi rasul. Mulai saat itu ia menyiarkan agama islam sampai ia berumur 62 tahun dalam dua periode yakni mekah dan madinah, dan ia meninggal dunia di madinah sewaktu berumut 62 tahun setelah dakwahnya dianggap sempurnah oleh Allah swt. (Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, 2001,I:199)
Kitab al-barzanji dalam bahasa aslinya (arab) dibaca dimana-mana pada berbagai kesempatan, antara lain pada peringatan maulid (hari/lahir), upacara pemberian nama bagi seseorang anak/bayi, acara sunatan (khitanan), upacara pernikahan, upacara memasuki rumah baru, berbagai syukuran dan ritus peralihan lainnya, sebagai sebuah ritual yang dianggap meningkatkan iman dan membawa manfaat yang banyak. Dalam acara-acara tersebut al-Barzanji dilagukan dengan bermacam-macam lagu yaitu :
1. Lagu Rekby : membacanya dengan perlahan-lahan
2. Lagu Hejas : menaikkan tekanan suara dari lagu rekby
3. Lagu Ras : menaikkan tekanan suara yang lebih tinggi dari lagu hajas, dengan irama yang beraneka ragam
4. Lagu Husain : membacanya dengan tekanan suara yang tenang
5. Lagu Nakwan : membacanya dengan suara tinggi dengan irama yang sama denga lagu ras
6. Lagu Masyry: melagukannya dengan suara yang lembut serta dibarengi dengan perasaan yang dalam. Ada yang membacanya secara kelompok sampai tujuh kelompok yang bersahut-sahutan dan ada pula yang tidak dalam kelompok tetapi membacanya secara bergiliran satu per satu dari awal sampai akhir kitab al-Barzanji yang merupakan teks sering dihafalkan dan oleh beberapa ulama indonesia telah dikomentari dalam bahasa jawa, indonesia dan arab antara lain :
1. Nawawi al-Bantani (1813-1897), Madarij As-Su’ud Ila Iktisa’ Al- Burud (jalan naik untuk dapat memakai kain yang bagus), komentar dalam bahasa arab dan telah diterbitkan beberapa kali.
2. Ahmad Subki Masyhadi, Nur Al-Lail Ad-Daji Wa Miftah Bab Al- Yasar (cahaya di malam gelap dan kunci pintu kemulyaan), terjemahan/komentar dalam bahasa jawa, diterbitkan oleh hasan alattas pekalongan.
3. Asrori Ahmad, Munyat Al-Martaji Fi Tarjamah Maulid Al-Barjanzi (harapan bagi pengharap dalam riwayat hidup nabi tulisan albarjanzi), terjemahan/komentar dalam bahasa jawa yang diterbitkan oleh menara kudus
4. Mundzir Nadzir, al-Qoul al-Munji ’Ala Ma’ani al-Barjanzi (ucapan yang menyelamatkan dalam makna-makna al-barjanzi), terjemahan/komentar bahasa jawa, diterbitkan oleh sa’ad bin nashir bin mabhan, surabaya
5. M Mizan Asrani Muhammad , Badr ad-Daji fi Tarjamah Maulid al- Barjanzi (purnama gelap gulita dalam sejarah nabi yang ditulis albarjanzi), terjemahan indonesia, penerbit karya utama surabaya.
(Ensiklopedi Islam, 241-242, Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, 2001,I:199-200)
(Ensiklopedi Islam, 241-242, Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, 2001,I:199-200)