Translate

Kamis, 21 Maret 2013

Kitab Al Barzanji

1. Pengantar

Ajaran Islam memperlihatkan hukum pertimbangan antara yang subut (tetap) dan tatawwur (berkembang). Hukum ibadah mahdah adalah subut, tidak boleh ada inovasi dan pembaharuan, sedang hukum ibadah sosial atau muamalah kemasyarakatan adalah tatawwur, harus ada inovasi dan pembaharuan sesuai dengan perkembangan masyarakat.

Sehubungan dengan itu, para ulama menetapkan sebuah kaidah usul, "Hukum dasar dalam ibadah (mahdah) adalah haram, kecuali ada dalil sebaliknya (yang menghalalkannya). Sedang ibadah sosial (gair mahdah) adalah boleh, kecuali ada dalil sebaliknya (yang mengharamkannya)." Peringatan Maulid Nabi termasuk ibadah sosial yang memiliki nilai-nilai positif sebagai sarana untuk memperkenalkan syiar Islam. Peringatan Maulid Nabi bukanlah sesuatu yang bid'ah, justru perlu ditradisikan sebagai sarana dakwah Islam. Kecuali jika dalam peringatan itu, terdapat hal-hal yang bertentangan dengan esensi ajaran Islam, maka tentu saja tidak diperbolehkan. Tetapi, bukan peringatannya yang dilarang, melainkan isi amalan dalam peringatan itu yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Sampai sekarang dunia Islam terbelah dua dalam menyikapi peringatan Maulid Nabi. Arab Saudi adalah pelopor negara yang tidak memperkenankan peringatan maulid nabi. Sedang negara Islam lainnya, seperti Maroko, Libya, Iran, dan Indonesia mewakili dunia muslim yang setiap tahun memperingatinya.(www.uin-alauddin.ac.id) Memperingati hari lahir nabi sangat lekat dengan kehidupan warga NU. Hari senin, 12 Rabi’ul Awal, sudah dihapal luar kepala oleh anak-anak warga NU. Acara yang disugukan dalam peringatan itu amat variatif. Biasanya, ada yang mengirimkan masakan-maskan special untuk dikirimkan ke beberapa tetangga kanan dan kiri. Di dalam acara tersebut juga dibacakan tentang syair Barzanji atau diba’.

Berzanji adalah buku sastra yang memuat sejarah biografi Nabi. Ia ditulis sesuai dengan setting sosial di masanya. Sebagai karya sastra kitab Barzanji perlu mendapatkan apresiasi. (Abdul Fattah,2008:293-294) Selanjutnya umat Islam Indonesia, tanggal 12 Rabi’ul Awal dipandang sangat penting, karena pada tanggal itulah Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Selain itu karena pribadi Nabi Muhammad SAW sendiri yang dijadikan Tuhan sebagai pribadi yang menarik. Segi menariknya diantaranya sebagai berikut:

a. Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi yang terakhir, penutup sekalian Nabi dan Rasul. Dalam Al-Qur’an disebutkan :

Artinya :

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu. QS. Al-Ahzab, 33:40 (Dept. Agama RI, 2008:674)

b. Nabi Muhammad SAW dijadikan Tuhan sebagai uswah hasanah atau teladan yang baik. Dalam Al-Qur’an disebutkan :

Artinya :

Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. QS. Al-Ahzab, 33:21 (Dept. Agama RI, 2008:670)

c. Allah SWT dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Muhammad, dan Allah memerintahkan umat manusia ikut bershalawat untuk Nabi Muhammad. Hal ini disebutkan di dalam kitab suci Al-Qur’an :

Artinya :

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. QS. Al-Ahzab:56. (Dept. Agama RI, 2008:678)

Hikmah yang dapat diambil dari memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW sangatlah beraneka ragam. Dalam sejarah, ternyata Nabi Muhammad SAW adalah tokoh yang berhasil dan memiliki pengaruh yang cukup luas. Dalam catatan Michael H. Hart melalui bukunya yang berjudul The 100, a Rangking of the Most Influential Persons in History (Seratus Tokoh yang Berpengaruh dalam Sejarah) Nabi Muhammad SAW diletakkan dalam rangking pertama sebagai pemimpin dunia yang paling berpengaruh dalam sejarah umat manusia. Disadari atau tidak disadari bagi umat manusia, itulah yang telah menjadi ketetapan Allah SWT, dan hal itu ditegaskan dalam al-Qur’ân bahwa Nabi Muhammad SAW adalah teladan yang baik.

Artinya :

“Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan banyak menyebut Allah.” (QS, al-Ahzab:21). (Dept. Agama RI, 2008:670)

Keteladanan Nabi Muhammad SAW adalah air penyejuk bagi jiwa-jiwa yang gersang khususnya generasi muda yang sering kehilangan jati diri dalam mengimitasikan dirinya dengan orang lain. Pribadi Rasulullah merupakan teladan yang wajib diikuti dan ditiru. Kita mengetahui bahwa seluruh aspek kehidupan beliau, yang dimulai dari kehidupan anak-anak, remaja, kehidupan rumah tangganya hingga kegiatannya di tengah-tengah masyarakatnya, merupakan teladan yang dapat kita ambil hikmahnya. Karena itu Allah mengingatkan kita :

Artinya :

Katakanlah: “jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutlah aku (Nabi Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengapuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS, Ali Imran,3:31). (Dept. Agama RI, 2008:80)

Ayat tersebut mengingatkan kalau kita (umat Islam) memang benar-benar mencintai Allah maka haruslah meneladani Nabi. Dengan kata lain orang yang tidak mau ber-uswah atau meneladani Nabi berarti kecintaannya pada Allah masih dipertanyakan. Kemudian Untuk dapat meneladani Nabi kita harus mengenal dan mengetahui bagaimana perjalanan hidup Nabi. Sebab mana mungkin kita dapat mencontoh dan meneladani pribadi Nabi Muhammad SAW kalau kita sendiri “buta” terhadap sejarah kehidupan beliau. Maka dari itu umat Islam harus belajar mengenali kehidupan Nabi lewat buku-buku sejarah atau kitab-kitab tarikh. Diantara kitab-kitab yang berkembang adalah kitab berzanji, burdah, diba’i. Kitab-kitab tersebut kemudian dikenal sebagai pegangan kaum nahdiyin yang kemudian dijawantahkan dalam setiap kehidupan dalam bentuk kegiatan yang dikolaborasikan melalui sholawatan.

Bershalawat adalah salah satu bukti kecintaan kita kepada Nabi Muhammad. Kenikmatan dalam membaca shalawat adalah ungkapan kecintaan kepadanya. Karena itu menurut Nabi Muhammad, orang yang paling dekat dengan beliau pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak membaca shalawat kepadanya; artinya, orang yang paling mencintainya. Di dalam buku Fiqh Tradisional (Abdusshomad, 2004:301) dikatakan bahwa membaca sholawat kepada nabi artinya memohon kepada Allah SWT agar memberikan kesejahteraan kepada hamba pilihan-Nya itu. Allah berfirman dalam QS. At-Taubah (9) 103 :

Artinya :

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (Dept. Agama RI, 2008:297-298)

Dalam tafsir Ibn Katsir, juz II, hal 400 dijelaskan bahwa ayat tersebut menunjukkan bahwa hakekat dari sholawat adalah mendo’akan dan memintakan ampun seseorang kepada Allah SWT. Selanjutnya dijelaskan juga oleh Ibn Katsir bahwa diperbolehkan untuk bersholawat kepada selain para Nabi, misalnya bersholawat yang dikhususkan kepada keluarga dan sahabat Nabi SAW.

Adapula Jawadi Amuli (2004:171) menjelaskan lebih dalam lagi. Sesungguhnya, setiap sholawat yang dicurahkan tidak akan menambah kesempurnaan Nabi SAW. Sebab Allah telah menganugerahkan kesempurnaan yang pantas kepada Nabi-Nya. Adapun sesuatu yang kita minta kepada Allah bukanlah sebagi sebab dan perantara dalam faidh (manifestasi) kepada Nabi. Namun, melalui sholawat-sholawat tersebut segenap kesempurnaan nabi akan semakin nampak, yang pada gilirannya menjadi penyebab bagi diturunkannya rahmat ilahi.

Dengan bersholawat, sebenarnya kita bukan hendak memberikan kebaikan kepada Nabi. Karena, seluruh kebaikan yang kita miliki justru berasal dari keberkahan Nabi. Ini seperti seorang penjaga kebun yang memberikan setangkai mawar kepada pemilik kebun pada hari raya. Padahal, mawar tersebut sebenarnya memang milik si pemilik kebun. Apakah si penjaga kebun telah memberikan sesuatu yang dimilikinya?

Setiap buah kebaikan yang kita miliki sesungguhnya berasal dari tanaman rasul. Setangkai mawar yang kita bawa ke hadapan Rasul pada dasarnya berasal dari taman beliau. Karena itu, sholawat dan ucapan selamat yang dicurahkan tidak akan menambah kesempurnaan beliau. Manfaat sholawat serta salam pada dasarnya kembali kepada diri kita, yakni sebagai wahana untuk mendekatkan diri kepada beliau. Sehingga dengan itu kita bisa mencapai kesempurnaan diri.

Allah, malaikat-malaikat dan orang-orang mukmin bersholawat kepada Nabi. Alangkah indahnya kedudukan seorang mukmin ! Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat al-Ahzab yang artinya :

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. QS al-ahzab, 33:56 (Dept. Agama RI, 2008:178)

Berkenaan dengan ayat diatas Abul-Aaliyah berkata bahwa Bershalawat artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat, sedangkan sholawat dari malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan:Allahuma shalli ala Muhammad. Lebih lanjut dijelaskan bahwa Allah SWT memberi tahu hamba-Nya bahwa Dia memuji Muhammad, Nabi-Nya dihadapan para malaikat-Nya yang terdekat dan bahwa malaikat-Nya bershalawat pula pada Muhammad, kemudian Allah memerintahkan hamba-hambanya yang berada di alam agar bershalawat pula untuk beliau serta mengucapkan salam penghormatan kepadanya dengan mengucapkan perkataan seperti : Assalamu'alaika ayyuhan Nabi artinya: semoga keselamatan tercurah kepadamu Hai nabi.

Perintah tersebut tertuju kepada kita untuk mengucapkan Allahuma shalli ala Muhammad wa aali Muhammad. Dilain ayat dalam surat al-ahzab tepat ayat 43 Allah SWT berfirman yang artinya ”Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (alahzab: 43) Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk mengeluarkan kalian dari gelapnya kebodohan menuju benderangnya cahaya hidayah.

Kuswaidi Syafi’i menuturkan juga bahwa manusia didunia ini memiliki hutang kepada Rasulullah SAW. Hutang kebaikan atas cahaya yang dibawa dan disebarkan kepada manusia seluruhnya yang kemudian mengantarkan kita kepada gerbang ajaran beliau.

Ali bin Abi Thalib berkata: “setiap doa antara seorang hamba dengan Allah selalu diantarai dengan hijab (penghalang/tirai) sampai dia mengucapkan shalawat kepada Nabi SAW. Bila ia membaca shalawat, tersobeklah hijab itu dan masuklah doa.” Ali hanya menegaskan apa yang diucapkan Nabi Muhammad: “Semua doa ter-hijab, sampai ia membaca shalawat kepada Muhammad dan keluarganya.” Karena itu orang-orang suci, bahkan para Nabi terdahulu, mengantarkan doa mereka dengan shalawat.

Syekh Al-Tsa’labi menuturkan bahwa ketika Nabi Yusuf dijatuhkan ke sumur oleh saudara-saudaranya, beliau diajari malaikat Jibril bacaan doa yang di dalamnya ada shalawat untuk Nabi Muhammad. (http://caknoeh.wordpress.com)

2. Biografi Pengarang

Kitab ‘Iqd al-Jawahir (kalung permata) yang lebih dikenal dengan sebutan al-Barjanzi. ditulis oleh Syeh Ja’far bin Hasan bin Abd al-Karim bin as-Sayyid Muhammad bin Abd ar-Rasul al-Barzanji ibn Abd ar-RASUL bin Abd as-Sayyid abd ar-Rasul bin Qolandri bin Husain bin Ali bin Abi Tholib ra. Beliau lahir di madinah tahun (1103-1180 H/1690-1766) M. Mufti Syafi’I Madinah dan khatib Masjid Nabawi di Madinah, dimana seluruh hidupnya dipersembahkan untuk kota suci nabi ini. (Azra, Jaringan Ulama, 2007:109, lihat juga al-Murodi, Silk al-Durar, IV: 65-66; kitab munjid fi al-A’lam:125 dalam Abdusshomad, 2004:299). Beliu juga seorang imam, guru besar di masjid nabawi serta merupakan satu diantara pembaharu islam di abad XII. (lihat Murodi, silk ad-Durar, II, 1988: 9) Nama al-Barzanji dibangsakan kepada nama penulisnya, yang juga sebenarnya diambil dari tempat asal keturunannya yakni daerah barzinj (kurdistan).

Nama tersebut menjadi popular di dunia islam pada tahun 1920-an ketika Syeh Mahmud Al-Barzanji memimpin pemberontakan nasional kurdi terhadap inggris yang pada waktu itu menguasai Irak. (Ensiklopedi Islam, 241) Karya tulisnya tentang maulid ada dua, yaitu yang dikenal di Indonesia dengan Maulid al-Barzaji Natsr dalam bentuk prosa-lirik, dan mulid al-Barzanji Nadzam dalam bentuk puisi. (Sholikhin, 2009:49). Kitab al-Barzanji ditulis dengan tujuan untuk meningkatkan kecintaaan kepada Nabi Muhammad SAW dan agar umat Islam meneladani kepribadiannya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 21:

“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Ensiklopedi Islam, I:241; Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, 2001,I:200)

Selain kitab-kitab maulid tersebut, al-Barzanji juga menulis kitab risalah yang dinamakan Jaliyah al-Karbi bi Ashabi Sayyid al-Karbi wa al-Ajm. (lihat Murodi, silk ad-Durar, II, 1988: 9) Selain itu Syekh Ja’far juga mengarang Kitab Manaqib Syaikh ‘Abdul Qodir al-Jailani, dengan tujuan memperkenalkan substansi amalan, ajaran, dan fatwa al-Jailani, yang diperuntukkan bagi para pengikut dan masyarakat kebanyakan. Penulisan kitab tersebut didasarkan pada penuturan para ulama tarekat Qadariyyah, dengan semangat rasa cinta penulisnya untuk membeberkan keteladanan Syaikh ‘Abdul Qodir al-Jailani kepada masyarakat umum. Kesufian al-Barzanji nampak ketika ia ungkapkan bahwa penulisan manaqib juga dimaksudkan untuk mendapatkan turunnya keberkahan dari langit, dan mengundang pula turunnya kemurahan sang Hadrat al-‘Arsy (Allah SWT) (an-Nur al-Burhan, halm,8-12; al-Nur al-Amani, halm, 12-15 dan lubab al-Ma’ani, hal. 6-9 dalam Sholikhin, 2009:60)

3. Kitab Berzanji pada Masa Kini

Kitab berzanji terdiri dari tujuh puluh enam halaman yang terbagi menjadi dua bagian yaitu, dalam bentuk prosa dan dalam bentuk syair. keduanya bertutur tentang kehidupan Muhammad, mencakup silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Karya itu juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.

Sebuah karya tulis seni sastra yang memuat kehidupan Nabi Muhammad Saw. Karya sastra ini dibaca dalam berbagai upacara keagamaan di dunia Islam, termasuk Indonesia, sebagai bagian yang menonjol dalam kehidupan beragama tradisional. Dengan membacanya dapat ditingkatkan iman dan kecintaan kepada nabi Muhammad saw dan diperoleh banyak manfaat. Kitab ini memuat riwayat kehidupan nabi Muhammad saw : silsislah keturunannya, kehidupannya semasa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Al-barzanji juga mengisahkan sifat sifat yang dimilki nabi SAW dan perjuangannya dalam menyiarkan Islam dan menggambarkan

kepribadiaanya yang agung untuk dijadikan teladan bagi umat manusia. Di dalam kitab al-barzanji dilukiskan riwayat hidup nabi Muhammad saw dengan bahasa yang indah, berbentuk puisi serta prosa dan kasidah yang sangat menarik perhatian orang yang membaca /mendengarkan, apalagi yang memahami arti dan maksudnya.

Secara garis besar paparan al-Barzanji dapat diringkas sebagai berikut :

1. Silsilah nabi Muhammad saw adalah : Muhammad Bin Abdulla bin Abdul Muttolib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusaiy bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Fihr bin Malik bin Nadir bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan

2. Pada masa kanak-kanak nya banyak kelihatan hal luar biasa pada diri Muhammad saw. Misalnya : malaikat membelah dadanya dan mengeluarkan segala kotoran yang terdapat di dalamnya.

3. Pada masa remajanya ketika berumur 12 tahun, ia dibawa pamannya berniaga ke syam (suriah). Dalam perjalanannya pulang, seorang pendeta melihat tanda-tanda kenabian pada dirinya.

4. Pada waktu berumur 25 tahun ia melangsungkan pernikahannya dengan Khadijah binti Khuwailid

5. Pada waktu berumur 40 tahun ia diangkat menjadi rasul. Mulai saat itu ia menyiarkan agama islam sampai ia berumur 62 tahun dalam dua periode yakni mekah dan madinah, dan ia meninggal dunia di madinah sewaktu berumut 62 tahun setelah dakwahnya dianggap sempurnah oleh Allah swt. (Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, 2001,I:199)

Kitab al-barzanji dalam bahasa aslinya (arab) dibaca dimana-mana pada berbagai kesempatan, antara lain pada peringatan maulid (hari/lahir), upacara pemberian nama bagi seseorang anak/bayi, acara sunatan (khitanan), upacara pernikahan, upacara memasuki rumah baru, berbagai syukuran dan ritus peralihan lainnya, sebagai sebuah ritual yang dianggap meningkatkan iman dan membawa manfaat yang banyak. Dalam acara-acara tersebut al-Barzanji dilagukan dengan bermacam-macam lagu yaitu :

1. Lagu Rekby : membacanya dengan perlahan-lahan
2. Lagu Hejas : menaikkan tekanan suara dari lagu rekby
3. Lagu Ras : menaikkan tekanan suara yang lebih tinggi dari lagu hajas, dengan irama yang beraneka ragam
4. Lagu Husain : membacanya dengan tekanan suara yang tenang
5. Lagu Nakwan : membacanya dengan suara tinggi dengan irama yang sama denga lagu ras
6. Lagu Masyry: melagukannya dengan suara yang lembut serta dibarengi dengan perasaan yang dalam. Ada yang membacanya secara kelompok sampai tujuh kelompok yang bersahut-sahutan dan ada pula yang tidak dalam kelompok tetapi membacanya secara bergiliran satu per satu dari awal sampai akhir kitab al-Barzanji yang merupakan teks sering dihafalkan dan oleh beberapa ulama indonesia telah dikomentari dalam bahasa jawa, indonesia dan arab antara lain :

1. Nawawi al-Bantani (1813-1897), Madarij As-Su’ud Ila Iktisa’ Al- Burud (jalan naik untuk dapat memakai kain yang bagus), komentar dalam bahasa arab dan telah diterbitkan beberapa kali.
2. Ahmad Subki Masyhadi, Nur Al-Lail Ad-Daji Wa Miftah Bab Al- Yasar (cahaya di malam gelap dan kunci pintu kemulyaan), terjemahan/komentar dalam bahasa jawa, diterbitkan oleh hasan alattas pekalongan.
3. Asrori Ahmad, Munyat Al-Martaji Fi Tarjamah Maulid Al-Barjanzi (harapan bagi pengharap dalam riwayat hidup nabi tulisan albarjanzi), terjemahan/komentar dalam bahasa jawa yang diterbitkan oleh menara kudus
4. Mundzir Nadzir, al-Qoul al-Munji ’Ala Ma’ani al-Barjanzi (ucapan yang menyelamatkan dalam makna-makna al-barjanzi), terjemahan/komentar bahasa jawa, diterbitkan oleh sa’ad bin nashir bin mabhan, surabaya 
5. M Mizan Asrani Muhammad , Badr ad-Daji fi Tarjamah Maulid al- Barjanzi (purnama gelap gulita dalam sejarah nabi yang ditulis albarjanzi), terjemahan indonesia, penerbit karya utama surabaya.
(Ensiklopedi Islam, 241-242, Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, 2001,I:199-200)

Belajar, Prestasi Belajar, dan Faktor yang Mempengaruhinya

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kebutuhan setiap orang. Siapapun pasti menjalani dan mengalami proses belajar. Hampir semua pengetahuan, kecakapan, keterampilan, kegemaran, dan sikap seseorang terbentuk dan berkembang melalui proses belajar. Proses belajar tidak hanya terjadi di dalam suatu lembaga pendidikan, akan tetapi dapat juga berlangsung di luar lembaga pendidikan. Mengingat hal yang demikian, maka wajarlah apabila pengertian belajar menurut bebarapa tokoh tidaklah sama meskipun secara garis besar tidak jauh berbeda. Berikut ini peneliti kemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian belajar sebagaimana dikutip oleh Kuswadi (2001:20):

a. Belajar adalah usaha dalam menuntut atau mencari ilmu.

b. Menurut Higrard dan Bower belajar itu berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang dalam situasi tertentu, situasi tersebut dialami oleh orang itu secara berulang-ulang. Perubahan tingkah laku itu didasarkan pada situasi-situasi sesaat yang dialami seseorang.

c. Menurut Robert M Gagne belajar adalah berubahnya perbuatan dan isi ingatan seseorang setelah ia mengalami dan terpengaruh oleh situasi suatu stimulus.

d. Menurut Lindgren belajar telah terjadi apabila terlihat adanya beberapa perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dan latihan atau pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi akibat belajar disebabkan karena seseorang telah menghadapi suatu situasi secara berulang-ulang.

Berpijak pada beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dengan kemauan seseorang untuk menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri sendiri dari pengetahuan baru dan keterampilan baru.

2. Pengertian Prestasi Belajar

Pengertian belajar telah diterangkan peneliti di atas. Adapun pengertian kata prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang berupa kemampuan pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta sikap setelah mengalami proses belajar. Sedangkan menurut Munandar (1987:21) perwujudan dari bakat dan kemampuan adalah prestasi. Bakat dan kemampuan menentukan prestasi seseorang. Orang yang memiliki bakat matematika dapat diperkirakan atau diharapkan untuk mencapai prestasi menonjol di bidang matematika, dan prestasi yang menonjol di suatu bidang dapat merupakan cerminan dari bakat yang dimiliki untuk bidang tersebut. Tetapi karena bakat masih merupakan potensi, orang yang berbakat belum tentu mampu mencapai prestasi yang tinggi dalam bidangnya.

Demikian halnya orang yang menunjukkan prestasi menonjol dalam bidang tertentu, selalu merupakan perwujudan dari bakat khusus yang dimiliki. Hanya bakat khusus yang memperoleh kesempatan untuk berkembang sejak dini melalui latihan, didukung oleh fasilitas, dan disertai minat yang tinggi sehingga akan terealisasikan dalam kemampuan dan menghasilkan prestasi yang unggul.

Dengan demikian prestasi belajar dapat diartikan kemampuan dan bakat seseorang yang menonjol di bidang tertentu. Sehingga diperoleh perubahan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Maka akan diperoleh pengetahuan baru yaitu penguasaan, penggunaan, maupun penilaian mengenai sikap dan kecakapan yang merupakan perilaku dari berbagai keadaan sebelumnya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Perkembangan budaya yang sangat pesat mempengaruhi perkembangan masyarakat secara komprehenship. Perkembangan dalam pendidikan dan sosial ekonomi memunculkan pandangan baru tentang persekolahan. Pandangan dalam dunia pendidikan ini antara lain adalah penyediaan kesempatan untuk berkembang secara optimal bagi setiap siswa dan perlunya pembinaan perseorangan agar perkembangannya mencapai harapan yang diinginkan.

Kenyataan menunjukkan bahwa semakin majunya kebudayaan dan semakin berkembangnya masyarakat memberikan dampak semakin banyaknya masalah yang harus dihadapi. Akibatnya adalah bertambah banyak orang yang dihinggapi masalah kesehatan mental. Kondisi ini mendorong kebutuhan akan bimbingan pendidikan guna membantu para siswa dalam memecahkan masalah moral sosial dan pendidikan.

Di sekolah disamping banyak siswa yang berhasil secara gemilang dalam belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang gagal, seperti angka raportnya rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir dan sebagainya. Secara umum siswa-siswa seperti itu dipandang mengalami masalah belajar. Menurut Bimo Walgito (1995:120) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah sebagai berikut.

a. Faktor Internal

1) Keterlambatan akademik

Keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi cukup tetapi tidak dapat memanfaatkannya.

2) Ketercepatan belajar

Keadaan siswa yang memiliki bakat akademik sangat tinggi, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan belajarnya yang amat tinggi.

3) Sangat lambat dalam belajar

Keadaan siswa yang memiliki bakat akademik kurang memadai dan perlu mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.

4) Kurang motivasi belajar

Keadaan siswa yang kurang semangat dalam belajar.

5) Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar Kondisi siswa yang kegiatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ngulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya.

b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan keluarga, seperti ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu serta kesulitan ekonomi keluarga.

2) Lingkungan masyarakat, seperti wilayah perkampungan kumuh, dan teman sepermainan yang nakal.

3) Lingkungan sekolah, seperti kondisi dan letak gedung yang kurang nyaman, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

4) Kebijakan penilaian tentang hasil belajar merupakan puncak harapan siswa. Secara kejiwaan terpengaruh hasil belajar, oleh karena itu guru harus aktif dan bijaksana dalam penilaian.

Jauhkan Dirimu dari Ghibah


Menghindari Kebiasaan Ghibah. 
Ghibah adalah penyakit hati yang memakan kebaikan, mendatangkan keburukan serta membuang waktu sia-sia. Penyakit ini meluas di masyarakat karena kurangnya pemahaman Agama, kehidupan yang semakin mudah dan banyaknya waktu luang. Kemajuan teknologi, telepon misalnya, juga turut menyebarkan penyakit masyarakat ini. Lebih lanjut, ikuti penjelasan berikut ini.
Hakikat Ghibah 

Ghibah adalah membicarakan orang lain dengan hal yang tidak disenanginya bila ia mengetahuinya, baik yang disebut-sebut itu kekurangan yang ada pada badan, nasab, ucapan hingga pada pakaian. Menyebut kekurangan pada badan seperti mengatakan ia pendek, hitam, kurus dan lain sebagainya. Atau pada agamanya seperti mengatakan ia pembohong, fasik, munafik dan lain-lain. 

Kadang orang tidak sadar kalau ia telah melakukan ghibah, dan saat diperingatkan ia mengatakan: "Yang saya katakan ini benar adanya!", padahal Rasulullah Shallallahu 'alahi wa sallam dengan tegas menyatakan perbuatan tersebut adalah ghibah. Ketika ditanyakan kepada beliau, bagaimana jika yang dikatakan itu benar adanya pada orang yang digunjingkan, beliau menjawab: 

"Jika yang engkau gunjingkan benar adanya pada orang tersebut, maka engkau telah melakukan ghibah, dan jika yang engkau sebut tidak ada pada orang yang engkau sebut, maka engkau telah melakukan dusta atasnya." (HR. Muslim) 

Ghibah tidak terbatas dengan lisan saja, namun juga bisa terjadi dengan tulisan atau isyarat seperti kerdipan mata, gerakan tangan, cibiran bibir dan sebagainya. Sebab intinya adalah memberitahukan kekurangan seseorang kepada orang lain. Suatu ketika ada seorang wanita datang kepada Aisyah r.a. Ketika wanita itu sudah pergi, Aisyah mengisyaratkan dengan tangannya yang menunjukkan bahwa wanita itu berbadan pendek Rasulullah lantas bersabda: "Engkau telah melakukan ghibah!". Semisal dengan ini adalah gerakan memperagakan orang lain seperti menirukan jalan seseorang, cara berbicaranya dan lain-lain. Bahkan yang demikian ini lebih parah daripada ghibah, karena disamping memberitahu kekurangan orang, juga mengandung tujuan mengejek atau meremehkan. 

Tak kalah meluasnya adalah ghibah dengan tulisan, karena tulisan adalah lisan ke dua. Media massa sudah tidak segan lagi membuka aib seseorang yang paling rahasia sekalipun. Yang terjadi kemudian sensor perasaan malu masyarakat menurun sampai pada tingkat yang paling rendah. Aib tidak lagi dirasakan sebagai aib yang seharusnya ditutupi, perbuatan dosa menjadi makanan sehari-hari.


Macam dan Bentuk Ghibah 

Ghibah mempunyai berbagai macam dan bentuk, yang paling buruk adalah ghibah yang disertai dengan riya' seperti mengatakan: "Saya berlindung kepada Allah dari perbuatan yang tidak tahu malu semacam ini, semoga Allah menjagaku dari perbuatan itu." Padahal maksudnya mengungkapkan ketidaksenangannya kepada orang lain, namun ia menggunakan ungkapan doa untuk mengutarakan maksudnya. 

Kadang orang yang melakukan ghibah dengan cara pujian, seperti mengatakan: "Betapa baik orang itu, namun sayang ia mempunyai perangai seperti yang banyak kita miliki, kurang sabar." Ia juga menyebut dirinya dengan maksud mencela orang lain dan mengisyaratkan dirinya termasuk orang-orang shalih yang selalu menjaga diri dari ghibah. Bentuk ghibah yang lain misalnya mengucapkan: "Saya kasihan terhadap teman kita yang selalu diremehkan ini. Saya berdoa kepada Allah agar dia tidak lagi diremehkan." Ucapan seperti ini bukanlah doa, karena jika ia menginginkan doa untuk nya, tentu dia akan mendoakannya dalam kesendirian dan tidak mengutarakan semacam itu. 
Ghibah Yang Diperbolehkan 

Pertama: Melaporkan perbuatan aniaya. Orang yang teraniaya boleh melaporkan kepada hakim dengan mengatakan ia telah dianiaya oleh seseorang. Pada dasarnya ini adalah perbuatan ghibah, namun karena dimaksudkan untuk tujuan yang benar, maka hal ini dibolehkan dalam agama. 

Kedua: Usaha untuk mengubah kemungkaran dan membantu seseorang dari perbuatan maksiat, seperti mengutarakan kepada orang mempunyai kekuasaan untuk mengubah kemungkaran: "Si Fulan telah berbuat yang tidak benar, cegahlah dia!" Maksudnya adalah meminta orang lain untuk mengubah kemungkaran. Jika tidak bermaksud demikian, maka ucapan tadi adalah ghibah yang diharamkan. 

Ketiga: Untuk memperingati atau menasehati kaum muslimin. Contoh dalam hal ini adalah jarh (menyebut cela perawi hadits) yang dilakukan oleh para ulama hadits. Hal ini diperbolehkan menurut ijma' ulama, bahkan menjadi wajib karena mengandung maslahat bagi umat Islam. 

Keempat: Bila seseorang berterus terang dengan menunjukkan kefasikan dan kebid'ahan, seperti minuman arak, berjudi dan lain-lain, maka boleh menyebut orang tersebut dengan sifat yang dimaksudkan, namun tidak boleh menyebutkan aib-aib yang lain. 

Kelima: Untuk memberi penjelasan dengan dengan suatu sebutan yang telah masyhur pada diri seseorang. Seperti menyebutkan dengan sebutan di bisu, si pincang dan lainnya. Tapi alangkah baiknya bila menyebutnya dengan julukan yang ia senangi. 

Taubat dari Ghibah 

Menurut ijma' ulama ghibah termasuk dosa besar. Pada dasarnya yang melakukan ghibah telah melakukan dua kejahatan: kejahatan terhadap Allah Ta'ala karena telah melakukan perbuatan yang jelas dilarang olehNya dan kejahatan terhadap hak manusia. Maka langkah pertama yang harus diambil untuk menghindari maksiat ini adalah dengan taubat yang mencangkup tiga syarat, yaitu meninggalkan perbuatan tersebut, menyesali perbuatan yang telah dilakukan, dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi. 

Selanjutnya, harus diikuti langkat kedua untuk menebu kejahatannya atas hak manusia, yaitu dengan mendatangi orang yang digunjingnya kemudian meminta maaf atas perbuatannnya dan menunjukkan penyesalannya. Ini dilakukan bila orang yang dibicarakan mengetahui bahwa ia telah dibicarakan. Namun apabila ia belum mengetahui, maka bagi yang melakukan ghibah atasnya hendaknya mendoakannya dengan kebaikan dan berjanji pada dirinya untuk mengulanginya. 

Kiat Menghindari Ghibah 

Untuk mengobati kebiasaan ghibah yang merupakan penyakit yang sulit dideteksi dan diobati ini, ada beberapa kiat yang bisa dilaksanakan. 

Pertama: Selalu mengingat bahwa perbuatan ghibah adalah penyebab kemarahan dan kemurkaan Allah serta turunnya azab dariNya. 

Kedua: Bahwasanya timbangan kebaikan pelaku ghibah akan pindah kepada orang yang digunjingnya. Jika ia tidak sama sekali mempunyai kebaikan sama sekali, maka diambil dari timbangan kejahatan orang yang digunjingnya dan ditambahkan kepada timbangan kejahatannya. Jika mengingat hal ini selalu, niscaya seseorang akan berfikir seribu kali untuk melakukan perbuatan ghibah. 

Ketiga: Hendaknya orang yang melakukan perbuatan ghibah mengingat dulu aib dirinya sendiri dan segera berusaha memperbaikinya. Dengan demikian akan timbul perasaan malu pada diri sendiri bila membuka aib orang lain, sementara dirinya sendiri masih mempunyai aib. 

Keempat: Jika aib orang yang hendak digunjingnya tidak ada pada dirinya sendiri, hendaknya ia segera bersyukur kepada Allah karena Dia telah menghindarkannya dari aib tersebut, bukannya malah mengotori dirinya dengan aib yang lebih besar yang berupa perbuatan ghibah. 

Kelima: Selalu ingat bila ia membicarakan saudaranya, maka ia seperti makan bangkai saudaranya, sebagaimana yang difirmankan Allah: "Dan janganlah sebagian kamu menggunjingkan sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?" (Al-Hujurat: 12).

Keenam: Hukumnya wajib mengingatkan orang sedang melakukan ghibah, bahwa perbuatan tersebut hukumnya haram dan dimurkai Allah. 

Ketujuh: Selalu mengingat ayat-ayat Allah dan hadits-hadits yang melarang ghibah dan selalu menjaga lisa agar tidak terjadi ghibah. 

Mudah-mudahan Allah menjauhkan kita dari perbuatan yang tidak terpuji ini, amin. 
 Sumber:http://lenteradankehidupan.blogspot.com